Saturday, 2 August 2014

Teruslah Memperbaiki Diri

Semakin ana resapi maknanya, ana semakin senang dengan kalam ini, namun saat berusaha menjalaninya mungkin takkan semulus jalan bebas hambatan, banyak godaan, mungkin kau terjatuh hingga kau diam, mungkin pula kau terperosot hingga jauh meninggalkan titik semula.

Kebanyakan tulisan disini adalah buah pengalaman ana atau orang-orang disekitar ana, atau kekurang kerjaan ana dalam memperhatikan orang lain.

Teruslah memperbaiki diri, kalam ini untuk aku dan kamu apabila kamu juga mau.

Kalau difikir-fikir, sebenarnya akan kita temukan banyak sekali kekurangan diri yang perlu kita benahi.

Sedikit cerita, awalnya ana sendiri hanya memperbaiki diri dari tampak luarnya saja, maksudnya, ana memulai dari memperbaiki busana dan itu terlaksana begitu saja (tidak ada rencana untuk TERUS memperbaiki diri). Namun, seiring berjalannya waktu kini ana sadar bahwa ana HARUS TERUS memperbaiki diri, bukan hanya dari busana saja, namun juga adab, akhlak, ilmu hingga amalan.

Ana senang sekali melihat 2 orang teman ana yang saat memasuki semester dua mereka telah berhijab, hati ini menangis meski mereka tidak mengetahuinya, semoga akan terus memperbaiki kekurangan yang lainnya, uhibbuhumaa fillah.

Ada lagi, senang sekali mendengar keputusannya, “Sebenernya x mau ikut ini Dil, tapi masa fotonya harus pakai levis, padahal baru aja mutusin mau pakai rok terus, ga jadi ikut deh”

Terlihat, keinginannya untuk terus memakai rok lebih kuat daripada keinginannya untuk ikut suatu kegiatan kampus, kalau kegitan kampus itu adalah ujian dari keputusannya memakai rok, maka saat ia memilih untuk tetap memakai rok, maka itu adalah kelulusan ujian baginya bukan ?

Disisi lain, ana sedih ketika mengetahui bahwa yang berguguran lebih banyak daripada yang berkembang, setelah lulus aliyah ternyata beberapa teman ada yang melepas hijabnya, sedih tak tertahankan melihatnya.

Ana sedih, saat tahu ia yang ana kenal sebagai orang yang faham agama kini ‘seakan’ jauh dari agamanya.

Mengapa harus menghabiskan waktu untuk berpacaran apabila waktu itu bisa digunakan untuk mengasah kemampuan, meruncingkan usaha agar tercapai asa ?

Mengapa harus menghabiskan waktu untuk menonton syuting idola atau konser idola apabila waktu itu bisa digunakan untuk ibadah mendekatkan diri kepada-Nya ?

Mengapa harus menghabiskan waktu untuk mendengerkan musik apabila waktu itu dapat digunakan untuk menuliskan ilmu lalu menyebarkannya ?

Apakah menunggu sesal datang lalu berkata, “mengapa dahulu aku tidak meninggalkan jejak dimasa muda”

Berusahalah, berusahalah meninggalkan jejak kebaikan.

Kawan, engkau bisa berprestasi tanpa lelaki (pacar), maka tinggalkanlah ia karena engkau lebih memilih untuk taat kepada Allah, dan kejarlah harapanmu yang telah tertinggal dengan kesungguhan tuk membayar kelalaian.

Teruslah berusaha memahami perintah dan larangan syari’at, karena ia akan menjadi benteng bagi keburukan yang datang dan akan menjadi pemandu dalam kebaikan. Mungkin teman mengira ana sedang di jurusan syariah (agama) sehingga ana berkata demikian, tidak kawan, ana kini sedang di jurusan kimia bukan syariah.

Ayo kita memanfaatkan masa muda kita dengan baik, agar kelak sesal tak mendatangi, karena sesal setelah berlalunya takkan mengembalikannya.

Kawan, aku temanmu, aku mencintaimu karena Allah, mari memperbaiki diri, semoga kita termasuk orang-orang yang senang memperbaiki diri (karena Allah Ta’ala, HARUS karena Allah Ta’ala)

Kawan, jangan jauh-jauh meninggalkan koridor syari’at ya, berkiblat pada Al-Qur’an dan Sunnah bukan budaya Amerika, dkk.

Teruslah memperbaiki diri karena Allah Ta’ala

Semoga Allah Ta’ala memperbaiki amalan-amalan kita.

Pecinta Shalafus Shalih
Bumi Allah Ta’ala

07 Syawal 1435

No comments:

Post a Comment