Tahsin
atau memperbaiki (bacaan Al-Qur’an), ana sendiri merasakan ini sangat penting
untuk dipelajari/diperbaiki kembali, karena bacaan yang telah kita pelajari di
masa kecil, mungkin karena kesulitan lidah kita di masa itu sehingga kita belum
mampu untuk membedakan huruf yang agak mirip seperti ذ ج ز
Teruslah
belajar dan berusahalah untuk memperbaiki kekurangan, manfaatkan waktu kita
dengan baik, karena sesal setelah berlalunya tidak akan mengembalikannya.
Ana
senang sekali melihat semangat teman-teman yang ingin terus memperbaiki bacaannya,
apalagi kalau teman ana lebih dahulu menguasai daripada ana, langsung hati
berkata, : “ayo, dila juga pasti bisa”, untuk terus mengasah kemampuanpun akan
lebih cepat tajam apabila kita memiliki saingan (saingan dalam makna positif),
ibarat reaksi pesaing adalah katalisnya (pemercepat-red).
Disisi
lain, saat terlontarkan kalimat, “belajar tahsin yuk”, respon yang terlihat
adalah ketidaksemangatan penerima lontaran kalimat tersebut. Hmm, sedih, hingga terlontar kembali, “kenapa?”
“malu
ah, …. “
Hmm,
ternyata malu adalah alasannya toh, malu itu baik, namun tempatkan juga malu
pada tempatnya, malu untuk belajar adalah malu yang tidak pada tempatnya, umur
kita baru 20 tahunan lho, seharusnya belum ada kata malu untuk terus
mempelajari ilmu yang penting ini.
Terlihat,
rasa malu lebih kuat daripada keinginan untuk terus memperbaiki bacaan Al-Qur’an.
Semoga
paragraf berikutnya ini bisa menjadi pertimbangan kita apabila nanti rasa malu
mengajak kita main (datang-red),
Kawan,
belajar atau bertanya, dengannya mungkin kita akan terlihat bodoh, “masa gitu
aja belum tau sih”, namun itu hanya kebodohan sesaat, setelah kita
mengetahuinya, kita akan mengetahui selamanya, biarlah terlihat bodoh sesaat
daripada bodoh selamanya, biarlah menahan malu sesaat saat belajar tahsin
(karena mungkin memang benar-benar belum tahu) daripada harus menanggung
ketidaktahuan selamanya, sehingga malu seterusnya.
Catatan
: tidak baik juga kalau bermudah-mudahan dalam bertanya, berusaha dulu mencari
apabila tidak mendapatkan atau mendapatkan namun belum faham barulah bertanya.
Kawan,
setiap kita adalah pendidik, aku dan kamu kelak akan mendidik, yang pasti akan
mendidik anak, itu tanggung jawab yang tidak ringan. Akan kita didik dengan apa
anak kita apabila kita tidak memiliki ilmu ? apakah semua ilmu untuk anak harus
ia dapati diluar pendidikan ibunya ? kasihan nanti ia, pasti akan sedikit
sekali kedekatan dan kasih sayang yang ia dapati dari ibunya.
Kawan,
kita berbahasa Indonesia, sedangkan Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an berbahasa
arab, kita mengakui petunjuk kita adalah Al-Qur’an dan Sunnah, lalu bagaimana
akan memahami petunjuk apabila kita tidak mampu membaca petunjuk ? apakah kita
puas hanya dengan memahami terjemahnya saja ? akan sedikit sekali yang kita
dapati, pasti.
Kawan,
ini ilmu ini penting, karena berbeda harakat saja dapat menyimpangkan makna,
berbeda pengucapan ه ح juga dapat membelokkan
makna. So, sebenarnya kita membaca Al-Qur’an untuk apa ?
Kawan,
jangan malu, apabila di kampusmu atau disekitar rumahmu ada tempat untuk
belajar tahsin, manfaatkanlah, karena sesal setelah berlalunya tidak akan
mengembalikannya, sungguh.
Jangan
ada lagi alasan, kejauhan, malu ah, sibuk dengan tugas kuliah (ana ingin
bertanya, ana yakin engkau yakin akan adanya hari akhir, nah, sekarang berapa
posri waktu yang kita beri untuk mempersiapkan perbekalan? Bahkan ana meyakini
bahwa seluruh waktu kita seharusnya
untuk mempersiapkan bekal guna menjalani mudik terakhir kita)
Aduhai
betapa teririsnya hati, saat merasakan respon ketidaksemangatan teman saat
diajak belajar tahsin, padahal semua orang tau bahwa ini adalah ajakan
kebaikan, berpahala, dan irisan itu semakin besar teriris saat teman yang lain
melontarkan kalimat, “nonton yuk”, “yuk yuk” semangat sekali, sungguh semangat
sekali, dan mungkin tidak tersadari bahwa ada pahala yang telah tertolak dan dosa yang telah terambil.
[Terjemah
Qur’an Surat Ali Imran : 28-29]
“wahai
celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku.
Sungguh dia telah menyesatkan aku dari peringatan Al-Qur’an ketika Al-Qur’an
itu telah datang kepadaku”
---
[QS.Yusuf:86]
No comments:
Post a Comment