Sunday, 3 August 2014

Belajar Tahsin Yuk

Tahsin atau memperbaiki (bacaan Al-Qur’an), ana sendiri merasakan ini sangat penting untuk dipelajari/diperbaiki kembali, karena bacaan yang telah kita pelajari di masa kecil, mungkin karena kesulitan lidah kita di masa itu sehingga kita belum mampu untuk membedakan huruf yang agak mirip seperti ذ ج ز

Teruslah belajar dan berusahalah untuk memperbaiki kekurangan, manfaatkan waktu kita dengan baik, karena sesal setelah berlalunya tidak akan mengembalikannya.

Ana senang sekali melihat semangat teman-teman yang ingin terus memperbaiki bacaannya, apalagi kalau teman ana lebih dahulu menguasai daripada ana, langsung hati berkata, : “ayo, dila juga pasti bisa”, untuk terus mengasah kemampuanpun akan lebih cepat tajam apabila kita memiliki saingan (saingan dalam makna positif), ibarat reaksi pesaing adalah katalisnya (pemercepat-red).

Disisi lain, saat terlontarkan kalimat, “belajar tahsin yuk”, respon yang terlihat adalah ketidaksemangatan penerima lontaran kalimat tersebut. Hmm, sedih, hingga terlontar kembali, “kenapa?”
“malu ah, …. “

Hmm, ternyata malu adalah alasannya toh, malu itu baik, namun tempatkan juga malu pada tempatnya, malu untuk belajar adalah malu yang tidak pada tempatnya, umur kita baru 20 tahunan lho, seharusnya belum ada kata malu untuk terus mempelajari ilmu yang penting ini.

Terlihat, rasa malu lebih kuat daripada keinginan untuk terus memperbaiki bacaan Al-Qur’an.

Semoga paragraf berikutnya ini bisa menjadi pertimbangan kita apabila nanti rasa malu mengajak kita main (datang-red),

Kawan, belajar atau bertanya, dengannya mungkin kita akan terlihat bodoh, “masa gitu aja belum tau sih”, namun itu hanya kebodohan sesaat, setelah kita mengetahuinya, kita akan mengetahui selamanya, biarlah terlihat bodoh sesaat daripada bodoh selamanya, biarlah menahan malu sesaat saat belajar tahsin (karena mungkin memang benar-benar belum tahu) daripada harus menanggung ketidaktahuan selamanya, sehingga malu seterusnya.

Catatan : tidak baik juga kalau bermudah-mudahan dalam bertanya, berusaha dulu mencari apabila tidak mendapatkan atau mendapatkan namun belum faham barulah bertanya.

Kawan, setiap kita adalah pendidik, aku dan kamu kelak akan mendidik, yang pasti akan mendidik anak, itu tanggung jawab yang tidak ringan. Akan kita didik dengan apa anak kita apabila kita tidak memiliki ilmu ? apakah semua ilmu untuk anak harus ia dapati diluar pendidikan ibunya ? kasihan nanti ia, pasti akan sedikit sekali kedekatan dan kasih sayang yang ia dapati dari ibunya.

Kawan, kita berbahasa Indonesia, sedangkan Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an berbahasa arab, kita mengakui petunjuk kita adalah Al-Qur’an dan Sunnah, lalu bagaimana akan memahami petunjuk apabila kita tidak mampu membaca petunjuk ? apakah kita puas hanya dengan memahami terjemahnya saja ? akan sedikit sekali yang kita dapati, pasti.

Kawan, ini ilmu ini penting, karena berbeda harakat saja dapat menyimpangkan makna, berbeda pengucapan ه ح  juga dapat membelokkan makna. So, sebenarnya kita membaca Al-Qur’an untuk apa ?

Kawan, jangan malu, apabila di kampusmu atau disekitar rumahmu ada tempat untuk belajar tahsin, manfaatkanlah, karena sesal setelah berlalunya tidak akan mengembalikannya, sungguh.

Jangan ada lagi alasan, kejauhan, malu ah, sibuk dengan tugas kuliah (ana ingin bertanya, ana yakin engkau yakin akan adanya hari akhir, nah, sekarang berapa posri waktu yang kita beri untuk mempersiapkan perbekalan? Bahkan ana meyakini bahwa  seluruh waktu kita seharusnya untuk mempersiapkan bekal guna menjalani mudik terakhir kita)

Aduhai betapa teririsnya hati, saat merasakan respon ketidaksemangatan teman saat diajak belajar tahsin, padahal semua orang tau bahwa ini adalah ajakan kebaikan, berpahala, dan irisan itu semakin besar teriris saat teman yang lain melontarkan kalimat, “nonton yuk”, “yuk yuk” semangat sekali, sungguh semangat sekali, dan mungkin tidak tersadari bahwa ada pahala yang telah tertolak dan dosa yang telah terambil.

[Terjemah Qur’an Surat Ali Imran : 28-29]
“wahai celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku. Sungguh dia telah menyesatkan aku dari peringatan Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku”
---

[QS.Yusuf:86]

No comments:

Post a Comment