Friday, 29 August 2014
Wednesday, 20 August 2014
Tuesday, 19 August 2014
Saturday, 9 August 2014
Thursday, 7 August 2014
Memperhatikan Tanda-Tanda Kebesaran-Nya
Kebesaran
Allah sungguh tak terkira apalagi terhitung, adapun bila kita sedikit
merasakannya itu hanya karena keterbatasan pengetahuan kita saja.
Malu
rasanya berbackground science (penyelam ilmu kedokteran, biologi, fisika, kimia
dan yang lainnya) namun tidak (berusaha) memahami tanda-tanda kebesaran-Nya,
padahal ilmu ini sangat dekat dengan kekuasaan-Nya, bila diri tak tersadarkan
dari pengetahuan guru, mengapa tak berusaha menggalinya dengan akal yang
termiliki?
Ternyata kita masih amat jarang memperhatikan ciptaan-Nya.
Rugi
sekali bagi seseorang ‘berbackground science’ namun tidak mendapati ‘sesuatu’
darinya, maka aku berlindung kepada-Nya dari yang demikian itu.
Adab 02 [Adab Makan dan Minum]
“Apabila
seseorang dari kamu makan hendaklah ia makan dengan tangan kanan. Dan apabila
minum hendaklah ia minum dengan tangan kanan. Karena setan makan dan minum
dengan tangan kiri”
[HR.Muslim
dari sahabat Abdullah bin Umar -Radhiyallahu Anhuma-]
---
Dinukil
dari Terjemah Subulus Salam III/790
Wednesday, 6 August 2014
Dan Kehidupan Akhirat Itulah yang Terbaik Bagimu
Wahai jiwa, sadarilah
akan fananya kehidupan dunia
Sesungguhnya kita hidup
di dunia dalam waktu yang mudah terhitung
Wahai jiwa, sadarilah betapa
banyaknya tipu daya dunia yang mengajak kita masuk ke dalam buaiannya
Jangan pernah mengorbankan
akhirat demi mengejar dunia
“Dan
tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda gurau dan permainan belaka dan
sesungguhnya perumahan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, jikalau mereka
mengetahui”
[Terjemah
QS.Al-Ankabut : 64]
Adab 01 [Adab Memakai Sandal]
“Apabila
seseorang dari kamu memakai sandal, hendaklah ia memulai dari yang sebelah
kanan. Dan apabila hendak melepasnya hendaklah ia mulai dari yang sebelah kiri.
Hendaklah bagian sebelah kanan menjadi bagian yang pertama kali dipakai dan
yang terakhir kali dilepas”
[Muttafaqun
‘alaih dari sahabat Abu Hurairah -Radhiyallahu Anhu-]
---
Dinukil
dari Terjemah Subulus Salam III/782
Kisah 01
Ini
kisah nyata, tentu saja, karena aku tak pandai membuat cerita fiksi *senyum*
Ini
tentang tetanggaku.
Sejak
pertama kali aku mengenal dan melihat beliau, beliau belum berhijab, sampai
berbulan-bulan lamanyapun masih belum berhijab.
Ba’da
Ramadhan, aku terperangah melihat beliau berhijab, namun perasaanku menduga, kan
sekarang habis lebaran jadi wajarlah banyak yang berhijab, namun esoknya
ketika aku berjumpa kembali, ternyata beliau tetap memakai hijab, kali ini baru
hatiku tak karuan akan campuran larutan emosi, kini ku yakin beliau memang
ingin terus berhijab, -Alhamdulillah-.
Semoga
beliau dan kita selalu istiqomah untuk meningkatkan kualitas diri.
---
Ayo,
kita terus memperbaiki diri, memperluas ilmu dan memperbanyak amal.
---
Semoga
Allah Ta’ala mencintai kita semua.
Mencari ‘Makna’ dalam Al-Qur’an
Aku
iri dengan seseorang yang kulihat betapa besar usahanya memahami Al-Qur’an, ia
memiliki banyak kitab tafsir (berbeda penulis), langsung berbahasa arab pula,
bukan terjemah, kita tau bahwa kitab tafsir itu tidak ada yang 1 jilid, kini
dugaan kuatku mengatakan seseorang tersebut telah hafal 30 Juz. Mengerti bahasa
arab, memiliki banyak kitab tafsir dan hafal Al-Qur’an pula, siapa yang tidak
iri dengannya, maka dari itu aku ingin sekali ‘mencuri’ ilmunya, menjadikan ia
‘saingan gelap’, karena aku bersaing sepihak, hmm tidak buruk juga.
Di
sisi lain, akupun melihat rendahnya semangat yang lain untuk memahami
Al-Qur’an, bahkan membacapun tidak dilakukan, apabila belum mampu membacanya,
marilah belajar, yuk menempatkan malu pada tempatnya.
Ini
hasil pengamatan akibat kekurang kerjaanku, aku mengamati ‘step’ individu dalam
mencari ‘makna’ dalam Al-Qur’an,
1.Tidak
membaca Al-Qur’an dalam kesehariannya >> berarti tidak mencari sesuatu
dari/dalam Al-Qur’an
2.
Membaca beberapa ayat/lembar tidak rutin setiap hari
3.Membaca
beberapa ayat/lembar dan rutin setiap hari
4.Membaca
beberapa ayat/lembar dengan terjemahannya dan rutin setiap hari
5.Membaca
beberapa ayat/lembar dengan terjemahannya serta tafsirnya dan rutin setiap hari
6.Membaca
dengan hafalannya tanpa tafsir
7.Membaca dengan hafalannya serta membaca tafsirannya juga
Hanya
pengamatan, kita lebih tau, diri kita termasuk yang mana darinya, semoga kita
bisa terus naik level, bukan angan-angan selama ada usaha.
Al-Qur’an
adalah bacaan yang paling harus selalu dibaca -meski hanya beberapa ayat-,
karena hanya Al-Qur’an yang kebenarannya sempurna.
Ayo
kita dekat-dekat dengan Al-Qur’an, lebih dekat, dan terus mendekat.
Semoga
Allah Ta’ala menjadikan kita keluarga-Nya diakhirat kelak.
Akupun Tak Tahu Harus Menjudulkan Apa
Tentang berbakti kepada orang tua, ana merasa belum mampu melampaui tulisan empunya blog tersebut, jadi
silahkan membacanya disana saja.
Tanda-Tanda Kebesaran Allah Ta'ala 02
Hujan
yang Lembut
Aku
dan kamu pasti pernah melihat hujan, mungkin juga pernah kehujanan atau mungkin
malah sengaja main hujan-hujanan.
Bagaimana
rasanya tersentuh hujan? apakah kamu terluka karenanya?
Pernahkah
kita berfikir, berapa yah kecepatan hujan yang turun? Bagaimana bila ia turun lebih
cepat dari biasanya? Dan dari banyak cairan yang telah Allah ciptakan, mengapa
Allah memilih air untuk hujan-Nya?
Pernahkah
terbayang, apabila kecepatan turunnya hujan sama dengan kecepatan peluru yang
terlepas dari senapan?
---
Ternyata
hujan itu lembut, karenanya biarkan lisan menuturkan, “Allahumma Shaiban
Naafi’an”
Sunday, 3 August 2014
Note to My Self 01 [Pengaruh yang Tersimpan]
Ternyata
ini telah menjadi kebiasaanku, menghimpun kalimat/gambar yang memiliki pengaruh
untukku, dan ternyata semua itu masih tersimpan, karena itu aku juga ingin
menyimpannya disini, semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan mereka.
Foto
ini yang menyadarkanku bahwa ilmu agama ini (Islam) luar biasa luasnya, mengapa
dahulu aku pernah merasa ‘kok aku belajar agama ini-ini terus ya’, itulah tidak
enaknya jadi orang yang tidak tahu, benar perkataan Imam Syafi’i -rahimahullah-
“Apabila
kamu tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung pedihnya
kebodohan”
Bagi
pembaca yang merasa sudah lama tahu semoga tidak merendahkan yang baru belajar,
dan semoga yang baru tahu mau berupaya untuk belajar. Foto diatas adalah karya Imam
Ahmad bin Hanbal yang terdiri atas 52 Jilid dan berisi kumpulan Hadits, itu baru karya Imam Ahmad, belum Imam-Imam lain, itu baru Ilmu hadits, belum ilmu-ilmu lain.
Berbicara
tentang Imam Ahmad bin Hanbal, sungguh aku mengagumi sosok beliau, mengagumi keteguhan
beliau saat tidak mengucapkan bahwa Al-Qur’an adalah Makhluk meski cambuk terus
menguliti tubuhnya hingga melemahkan badannya, aku tersihir dari bacaan yang ku
baca dalam kitab Biografi 60 ulama salaf tersebut.
Kawan,
bacalah biografi ulama-ulama terdahulu, para pendahulu kita, generasi terdahulu
kita, ketahuilah tentangnya, berbagilah juga kepadaku tentang mereka, karena
disana kita akan mendapati keteguhan iman, semangat total dalam menuntut ilmu,
kekuatan dalam menghafal, dan kesabaran dalam mengumpulkan dan menuliskan riwayat.
Sungguh,
luar biasa.
Maka
aku heran dengan pengagum artis yang kagum hanya dari ketenarannya, cantiknya
atau tampannya, atau hal lain yang aku tak tahu mengapa ia mengaguminya sehingga jerit tangis menghiasinya karena besarnya keinginannya untuk bertemu dengan sang idola. Cobalah ketahui tentang pendahulu kita, mudah-mudahan itu bisa
memudarkan kekaguman pada artis dan bertolak menjadi pengagum ulama terdahulu
kita, sebenarnya kagum itu belum cukup, kita harus menjadi generasi yang
mencontoh mereka, 3 generasi terbaik umat Islam.
Luar
biasa, sungguh luar biasa para pendahulu kita, namun mengapa generasi kita jadi
melempem begini yah ? apakah hanya perasaanku saja ataukah kenyataan memang demikian ?
Coba
kita lihat anak mudanya, senangnya bersenang-senang dengan dunia, perhatiannya
kurang terhadap aturan syari’at, atau mungkin tidak tertarik untuk mengetahui
aturan syari’at, pahadal diri mengaku islamnya yang paling benar, lihat yang bercadar
berfikirnya dia sesat, namun diminta memakai hijab ia enggan. Hmm, kita harus banyak
berkaca.
Saling
mengingatkan untuk saling menambal kekurangan kita disisi lain, aku tidak mengakui diriku terbebas dari kesalahan, karena nafsu dan godaan setan selalu mengajakku pada keburukan, hanya karena pertolongan Allah Ta'ala semua hambatan dapat terlawan.
Semoga
Allah Ta’ala mengampuni kita semua.
Tanda-Tanda Kebesaran Allah Ta’ala 01
Antara H2O
dan H2O2
Faedah ini didapat dari tulisan teman di facebook, dan tulisan
ini ditulis kembali dengan redaksi (ala-red) penulis
sendiri.
Seringkali
akupun tidak menyadarinya, baru tersadar apabila telah diberi tahu, jarang
sekali mendapati sesuatu dari hasil memikirkannya, rupanya aku masih harus
sering-sering memikirkannya (banyak mikir-red), rugi juga rasanya berbasic alam
namun tidak didapati apapun darinya, padahal sekalinya mendapati takjubnya luar
biasa.
H2O
dan H2O2
Angka
(indeks) menunjukan banyaknya atom penyusun dari senyawa tersebut, H2O atau air tersusun
atas 2 atom H (Hidrogen) dan 1 atom O (Oksigen), sedangkan H2O2
atau Hidrogen Peroksida tersusun atas atom H (Hidrogen) dan 2 atom O (Oksigen),
hanya berbeda 1 atom oksigen, namun justru disanalah letak takjubnya, hanya
berbeda 1 atom oksigen namun sudah memutar sifatnya 1800 (sifatnya
bersebrangan).
H2O
sangat sangat dekat dengan kita, kita mandi, makan, minum dengannya, bahkan ia
banyak terdapat didalam tubuh kita, kitapun senang menyentuhnya bahkan berendam
dengannya pun menyenangkan sekali.
Namun
H2O2 tidak dekat dengan kita dan lebih aman untuk berjaga
jarak dengannya karena sifatnya beracun, dan ia mampu merusak sel. Teringat saat
praktikum tentang pengaruh suhu terhadap kinerja enzim katalase (enzim katalase
berfungsi untuk menguraikan racun), racun yang digunakan saat itu adalah H2O2,
temanku tidak sengaja terkena tetesan H2O2 pada jari
telunjuknya, beberapa saat kemudian jari telunjuknya terasa keras, entah rasa
sakit yang bagaimana yang temanku rasakan saat itu, -Alhamdulillah- itu bukan
luka bakar dan beberapa hari kemudian kulitnya baru normal kembali (tidak mengeras-red),
karena ada beberapa bahan yang apabila terkena kulit, ia mampu menyebabkan
kulit terlepas, walaupun hanya terkena setitik, tetap akan membolongkan kulit,
aku jadi bersyukur, akupun pernah terkena, namun terkena pada rokku, sehingga
yang bolong adalah rokku bukan kulitku,-Alhamdulillah- memang kita harus rajin
bersyukur.
Padahal
hanya berbeda 1 atom oksigen, namun beda sifatnya selangit (jauh-red), engkau boleh
menyelam dalam H2O namun berusahalah untuk tidak terkena H2O2,
walaupun hanya setetes.
Benar-benar
kuasa.
Sungguh,
Rabb kita benar-benar Maha Pencipta.
---
[QS.Ali
Imran : 190-191]
[QS.Al-Mujadalah:11]
Faedah 01
Al-Ajurri
-rahimahullah- berkata, “Bergaul dengan Al-Qur’an untuk mendidik diri, tujuan
dan semangatnya adalah kapan saya bisa menjadi orang yang bertaqwa, kapan saya
bisa menjadi orang yang khusyuk, kapan saya bisa menjadi orang yang sabar,
kapan saya bisa zuhud terhadap dunia, dan kapan saya bisa mengekang hawa nafsu
saya”
Akhlaq
Hamlah Al-Qur’an:40
---
Dinukil dari 10 Resep
Menyelami Makna Al-Qur’an
Belajar Tahsin Yuk
Tahsin
atau memperbaiki (bacaan Al-Qur’an), ana sendiri merasakan ini sangat penting
untuk dipelajari/diperbaiki kembali, karena bacaan yang telah kita pelajari di
masa kecil, mungkin karena kesulitan lidah kita di masa itu sehingga kita belum
mampu untuk membedakan huruf yang agak mirip seperti ذ ج ز
Teruslah
belajar dan berusahalah untuk memperbaiki kekurangan, manfaatkan waktu kita
dengan baik, karena sesal setelah berlalunya tidak akan mengembalikannya.
Ana
senang sekali melihat semangat teman-teman yang ingin terus memperbaiki bacaannya,
apalagi kalau teman ana lebih dahulu menguasai daripada ana, langsung hati
berkata, : “ayo, dila juga pasti bisa”, untuk terus mengasah kemampuanpun akan
lebih cepat tajam apabila kita memiliki saingan (saingan dalam makna positif),
ibarat reaksi pesaing adalah katalisnya (pemercepat-red).
Disisi
lain, saat terlontarkan kalimat, “belajar tahsin yuk”, respon yang terlihat
adalah ketidaksemangatan penerima lontaran kalimat tersebut. Hmm, sedih, hingga terlontar kembali, “kenapa?”
“malu
ah, …. “
Hmm,
ternyata malu adalah alasannya toh, malu itu baik, namun tempatkan juga malu
pada tempatnya, malu untuk belajar adalah malu yang tidak pada tempatnya, umur
kita baru 20 tahunan lho, seharusnya belum ada kata malu untuk terus
mempelajari ilmu yang penting ini.
Terlihat,
rasa malu lebih kuat daripada keinginan untuk terus memperbaiki bacaan Al-Qur’an.
Semoga
paragraf berikutnya ini bisa menjadi pertimbangan kita apabila nanti rasa malu
mengajak kita main (datang-red),
Kawan,
belajar atau bertanya, dengannya mungkin kita akan terlihat bodoh, “masa gitu
aja belum tau sih”, namun itu hanya kebodohan sesaat, setelah kita
mengetahuinya, kita akan mengetahui selamanya, biarlah terlihat bodoh sesaat
daripada bodoh selamanya, biarlah menahan malu sesaat saat belajar tahsin
(karena mungkin memang benar-benar belum tahu) daripada harus menanggung
ketidaktahuan selamanya, sehingga malu seterusnya.
Catatan
: tidak baik juga kalau bermudah-mudahan dalam bertanya, berusaha dulu mencari
apabila tidak mendapatkan atau mendapatkan namun belum faham barulah bertanya.
Kawan,
setiap kita adalah pendidik, aku dan kamu kelak akan mendidik, yang pasti akan
mendidik anak, itu tanggung jawab yang tidak ringan. Akan kita didik dengan apa
anak kita apabila kita tidak memiliki ilmu ? apakah semua ilmu untuk anak harus
ia dapati diluar pendidikan ibunya ? kasihan nanti ia, pasti akan sedikit
sekali kedekatan dan kasih sayang yang ia dapati dari ibunya.
Kawan,
kita berbahasa Indonesia, sedangkan Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an berbahasa
arab, kita mengakui petunjuk kita adalah Al-Qur’an dan Sunnah, lalu bagaimana
akan memahami petunjuk apabila kita tidak mampu membaca petunjuk ? apakah kita
puas hanya dengan memahami terjemahnya saja ? akan sedikit sekali yang kita
dapati, pasti.
Kawan,
ini ilmu ini penting, karena berbeda harakat saja dapat menyimpangkan makna,
berbeda pengucapan ه ح juga dapat membelokkan
makna. So, sebenarnya kita membaca Al-Qur’an untuk apa ?
Kawan,
jangan malu, apabila di kampusmu atau disekitar rumahmu ada tempat untuk
belajar tahsin, manfaatkanlah, karena sesal setelah berlalunya tidak akan
mengembalikannya, sungguh.
Jangan
ada lagi alasan, kejauhan, malu ah, sibuk dengan tugas kuliah (ana ingin
bertanya, ana yakin engkau yakin akan adanya hari akhir, nah, sekarang berapa
posri waktu yang kita beri untuk mempersiapkan perbekalan? Bahkan ana meyakini
bahwa seluruh waktu kita seharusnya
untuk mempersiapkan bekal guna menjalani mudik terakhir kita)
Aduhai
betapa teririsnya hati, saat merasakan respon ketidaksemangatan teman saat
diajak belajar tahsin, padahal semua orang tau bahwa ini adalah ajakan
kebaikan, berpahala, dan irisan itu semakin besar teriris saat teman yang lain
melontarkan kalimat, “nonton yuk”, “yuk yuk” semangat sekali, sungguh semangat
sekali, dan mungkin tidak tersadari bahwa ada pahala yang telah tertolak dan dosa yang telah terambil.
[Terjemah
Qur’an Surat Ali Imran : 28-29]
“wahai
celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku.
Sungguh dia telah menyesatkan aku dari peringatan Al-Qur’an ketika Al-Qur’an
itu telah datang kepadaku”
---
[QS.Yusuf:86]
Saturday, 2 August 2014
Teruslah Memperbaiki Diri
Semakin
ana resapi maknanya, ana semakin senang dengan kalam ini, namun saat berusaha menjalaninya
mungkin takkan semulus jalan bebas hambatan, banyak godaan, mungkin kau
terjatuh hingga kau diam, mungkin pula kau terperosot hingga jauh meninggalkan
titik semula.
Kebanyakan
tulisan disini adalah buah pengalaman ana atau orang-orang disekitar ana, atau
kekurang kerjaan ana dalam memperhatikan orang lain.
Teruslah
memperbaiki diri, kalam ini untuk aku dan kamu apabila kamu juga mau.
Kalau
difikir-fikir, sebenarnya akan kita temukan banyak sekali kekurangan diri yang
perlu kita benahi.
Sedikit
cerita, awalnya ana sendiri hanya memperbaiki diri dari tampak luarnya saja,
maksudnya, ana memulai dari memperbaiki busana dan itu terlaksana begitu saja
(tidak ada rencana untuk TERUS memperbaiki diri). Namun, seiring berjalannya
waktu kini ana sadar bahwa ana HARUS TERUS memperbaiki diri, bukan hanya dari
busana saja, namun juga adab, akhlak, ilmu hingga amalan.
Ana
senang sekali melihat 2 orang teman ana yang saat memasuki semester dua mereka telah
berhijab, hati ini menangis meski mereka tidak mengetahuinya, semoga akan terus
memperbaiki kekurangan yang lainnya, uhibbuhumaa fillah.
Ada
lagi, senang sekali mendengar keputusannya, “Sebenernya x mau ikut ini Dil,
tapi masa fotonya harus pakai levis, padahal baru aja mutusin mau pakai rok
terus, ga jadi ikut deh”
Terlihat,
keinginannya untuk terus memakai rok lebih kuat daripada keinginannya untuk
ikut suatu kegiatan kampus, kalau kegitan kampus itu adalah ujian dari
keputusannya memakai rok, maka saat ia memilih untuk tetap memakai rok, maka
itu adalah kelulusan ujian baginya bukan ?
Disisi
lain, ana sedih ketika mengetahui bahwa yang berguguran lebih banyak daripada
yang berkembang, setelah lulus aliyah ternyata beberapa teman ada yang melepas
hijabnya, sedih tak tertahankan melihatnya.
Ana
sedih, saat tahu ia yang ana kenal sebagai orang yang faham agama kini ‘seakan’
jauh dari agamanya.
Mengapa
harus menghabiskan waktu untuk berpacaran apabila waktu itu bisa digunakan
untuk mengasah kemampuan, meruncingkan usaha agar tercapai asa ?
Mengapa
harus menghabiskan waktu untuk menonton syuting idola atau konser idola apabila
waktu itu bisa digunakan untuk ibadah mendekatkan diri kepada-Nya ?
Mengapa
harus menghabiskan waktu untuk mendengerkan musik apabila waktu itu dapat
digunakan untuk menuliskan ilmu lalu menyebarkannya ?
Apakah
menunggu sesal datang lalu berkata, “mengapa dahulu aku tidak meninggalkan
jejak dimasa muda”
Berusahalah,
berusahalah meninggalkan jejak kebaikan.
Kawan,
engkau bisa berprestasi tanpa lelaki (pacar), maka tinggalkanlah ia karena engkau lebih memilih untuk taat kepada Allah, dan kejarlah harapanmu yang telah tertinggal
dengan kesungguhan tuk membayar kelalaian.
Teruslah
berusaha memahami perintah dan larangan syari’at, karena ia akan menjadi benteng
bagi keburukan yang datang dan akan menjadi pemandu dalam kebaikan. Mungkin
teman mengira ana sedang di jurusan syariah (agama) sehingga ana berkata
demikian, tidak kawan, ana kini sedang di jurusan kimia bukan syariah.
Ayo
kita memanfaatkan masa muda kita dengan baik, agar kelak sesal tak mendatangi,
karena sesal setelah berlalunya takkan mengembalikannya.
Kawan,
aku temanmu, aku mencintaimu karena Allah, mari memperbaiki diri, semoga kita
termasuk orang-orang yang senang memperbaiki diri (karena Allah Ta’ala, HARUS karena
Allah Ta’ala)
Kawan,
jangan jauh-jauh meninggalkan koridor syari’at ya, berkiblat pada Al-Qur’an dan
Sunnah bukan budaya Amerika, dkk.
Teruslah
memperbaiki diri karena Allah Ta’ala
Semoga
Allah Ta’ala memperbaiki amalan-amalan kita.
Pecinta
Shalafus Shalih
Bumi
Allah Ta’ala
07
Syawal 1435
Mengapa Engkau Senang Menghimpun Air Dimatanya
Catatan
facebook, klik disini
Mengapa
engkau senang menghimpun air dimatanya
Berkali
ia coba menahan air dimatanya dan kesempitan didalam dadanya
Mengapa
engkau berburuk sangka padanya dan menjauhinya
Padahal
ia hanya ingin menyatakan cintanya padamu
Namun mengapa engkau menilai cintanya sebagai kebencian
Hanya karena
ketidaksempurnaan caranya dalam menyatakan cintanya kepadamu
Waktu Adalah Modal
Waktu
adalah modal
Keuntungannya
adalah pahala
Kerugiannya
adalah dosa
Begitulah
tertulis bait tersebut pada buku yang telah terbaca, namun sayangnya ana lupa
siapa yang mengatakannya dan pada buku mana bait tersebut terdapat, lain kali
mungkin harus lebih rajin mencatat.
Waktu
sangat berharga bagi seseorang yang benar-benar menyadari betapa berharganya.
Seseorang
yang besar hasratnya untuk memperoleh pahala yang banyak disetiap waktu yang
telah dilaluinya pasti ia akan selalu berusaha agar setiap waktu yang telah
dilaluinya dapat mengalirkan pahala untuknya, sehingga kelak ia dapat memetik
buah dari usahanya.
Waktupun
bisa menjadi kerugian apabila tidak termanfaatkan dengan baik, bahkan menjadi
celaka apabila waktu banyak terhabiskan untuk bermaksiat.
Perhatikan
waktu kita, cermati dan pilih-pilih mana kegiatan yang memanfaatkan waktu dan mana
yang membuang-buang waktu.
Manfaatkan
waktu dengan baik, karena sesal setelah berlalunya tidak akan mengembalikannya.
Terutama
dimasa muda kini, ana melihat masih banyak muda-mudi yang tidak memanfaatkan
masa mudanya untuk membangun kemampuan ataupun menggalang kebaikan (minimal untuk dirinya), ada yang
terlena pada ‘kebaikan’ teknologi hingga lalainya sulit tertolong.
Sungguh,
ana sedih menyaksikan anak-anak yang kini tumbuh bermanjakan teknologi namun
tak bijak memanfaatkannya sehingga berlalulah waktu tanpa ada ‘sesuatu’ yang
dapat membangun (kemampuan) yang ada didalam dirinya, bukankah yang demikian
ini dapat melahirkan generasi low quality ? ataukah ini hanya ‘kekhawatiran’
ana saja yang berlebihan.
Waktu
sangat berharga, dan akan sangat terasa berharga bagi orang yang merasakan
betapa berharganya waktu, sehingga ia tidak rela apabila waktu berlalu tanpa
menambah apa-apa untuk kebaikan hidupnya.
Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tiada hari yang lebih aku sesali selain
hari dimana mataharinya tenggelam dihari itu, umurku berkurang namun amalku
tidak bertambah”
Waktu adalah modal, terhentinya waktu akan menghentikan pula usahanya.
---
[QS.Al-Asr:1-3]
---
Mari berusaha memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang baik dan berusaha meninggalkan kegiatan yang hanya membuang-buang waktu.
---
Semoga Allah Ta'ala memudahkan urusan kita semua.
---
Bumi Allah Ta'ala
06 Syawal 1435
Friday, 1 August 2014
Aku Ingin Pacaran
Aku
seorang wanita (normal) yang memiliki kecenderungan terhadap laki-laki, maka
normal jika aku ingin berpacaran,
sungguh aku ingin berpacaran, namun ternyata pacaran itu :
~Dilarang
oleh Allah Ta’ala
~Tidak
dicontohkan oleh Rasulullah
~Jalan
pintas menuju zina
~Hanya
menambah dosa saja
~Memenangkan
syahwat
~Memenangkan
godaan setan
~Rawan
dipegang-pegang
~Rawan
dicium-cium
~Dan
penumpukkan dosa-dosa lain-lainnya
Yang
pasti, dalam kegitan berpacaran itu pasti banyak sekali aturan syari’at yang
ditabrak, sedangkan aku selalu berusaha untuk terus hidup di koridor syari’at.
Jadi, aku memutuskan bahwa aku tidak ingin pacaran, karena aku ingin taat
kepada Rabb yang telah menciptakanku, yang telah memberi rezeki kepadaku, yang
terus memberikan nikmat-Nya kepadaku meski aku tidak menyadarinya, tanpa aku
memintapun aku selalu diberi oleh-Nya dan Dia selalu memberikan yang lebih baik
dari apa yang aku minta, Rabb ku benar-benar Maha Penyayang, maka aku tidak
berani melanggar aturan-Nya, karena aku sadar bahwa aturan-Nya adalah kebaikan
untuk hamba-Nya.
Istilah
pacaran kini tidak asing ditelinga anak SD sekalipun, seorang anak yang sudah
terbiasa melihat budaya pacaran akan menganggap pacaran itu boleh-boleh atau biasa-biasa saja,
ini hal biasa yang tidak boleh menjadi kebiasaan, karena ini kebiasa-biasaan saja yang buruk dan banyak
sekali kerusakan yang timbul karena perbuatan ini, bukankah dzikir terlalaikan
karenanya ?
Pacaran
adalah jalan pintas menuju zina, karena berpeluang besar terhadapnya, bagaimana
tidak, jalan menujunya saja sedang dilalui, padahal Allah Ta’ala memerintahkan
kepada kita :
“Janganlah
mendekati zina”
Wahai
saudariku, biarlah engkau kehilangan pacar karena Allah daripada kehilangan
Allah karena pacar
Wahai
saudariku, mau sampai kapankah tergiur dengan kesenangan sesaat saat pacaran,
sedangkan dosa yang ditimbulkan akan dirasakan berkepanjangan ?
Wahai
saudariku, apakah (engkau) menolak surga ?
“kurangilah
kesenanganmu pada dunia agar berkurang kedukaanmu di akhirat”
Imam
Syafi’i
Aku
yakin masih ada cinta kepada-Nya yang tidak pernah hilang dari hatimu, maka :
“Mulailah,
Mulailah memperbaiki diri karena Allah Ta’ala”
Kembali Menuntut Ilmu Syari'at
Semakin
ingin mengetahuinya, semakin banyak yang engkau ketahui bahwa engkau tidak
mengetahuinya. Begitu
menyenangkan hidup bersama ilmu, karenanya amat sayang sekali apabila waktu
berlalu begitu saja tanpa ada ilmu yang bertambah.
“Ilmu
yang paling mulia adalah ilmu yang dapat mendekatkanmu kepada sang khaliq, ilmu
yang dapat membantumu mencapai keridhaannya, inilah ilmu didalam kitab Allah
dan sunnah Rasul-Nya”
Ibnu
Hazm
Mari,
kembali menuntut ilmu, ilmu yang berada didalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya
(Ilmu Syari’at), walaupun
kini aku dan kamu sedang menyelami lautan ilmu dunia, namun jangan pernah
meninggalkan ilmu yang paling utama, yaitu ilmu syari’at, karena kelak
ilmu itu akan membentengimu dari keburukan, mengajakmu menggalang kebaikan dan menempatkanmu
ditempat penuh kebahagiaan.
Teruslah
memperluas ilmu, perbanyaklah membaca, dan ambillah pelajaran dari apa yang
telah terbaca, karena sejatinya membaca bukanlah untuk berbangga dengan seberapa banyak
buku yang telah terbaca, namun inti membaca itu adalah seberapa banyak pelajaran
yang telah terambil darinya, baik yang tersirat maupun yang tersurat.
Semakin
banyak ilmu akan semakin banyak amalan yang dapat tertunaikan, maka :
“Ikhlas
mencari Ilmu karena Allah Ta’ala”
Subscribe to:
Posts (Atom)