Monday, 21 September 2015

Salaman


07 September 2015, aku mulai latihan mengajar di MAN 3 Jakarta. Aku mengajar di kelas XI IPA 1 Rombel 1, total semuanya 20 siswa, 13 perempuan dan 7 laki-laki. Di awal pertemuan, saat akan pulang, aku telah mengatakan, “ anak laki-lakinya tidak perlu salaman ya : ) “. Sejak hari itu, semua anak laki-laki langsung duduk/langsung pulang, tidak seperti anak perempuannya yang salaman terlebih dahulu.

Aku tidak tahu bahwa mereka tahu atau tidak alasan aku menolak untuk salaman, aku tidak memberitahu mereka, karena sudah seharusnya mereka tahu.

Hari ini aku dibuat tersenyum oleh murid-muridku ini, 3 orang laki-laki, ketika akan pulang, mungkin karena tidak terbiasa ‘nyelonong’ gitu aja, ada yang memanggilku, “Bu” sambil meletakan tangan di dadanya, isyarat salaman tanpa menyentuh. Yang lain berkata, “Ibu, pamit” juga sambil meletakan tangan di dadanya. Refleks aku berkata, “Pintar”. Hatiku berdo’a, semoga mereka menjadi pemuda yang shaleh.

Ini jadi mengingatkan aku, saat salamanku ditolak oleh seorang dosen. Semoga semakin banyak yang mengetahui dan mengamalkan, bahwa ada makna hadits “Tertusuknya kepala salah seorang diantara kalian dengan jarum besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.”

No comments:

Post a Comment