Thursday, 19 January 2017

TAK BERDAYA



Di perjalanan menuju Jonggol (Jum’at, 13 Januari 2017), entah mengapa hati tertarik untuk mejelajahi rute yang tak biasa di lalui, seringnya lewat Cibubur entah mengapa kini sedang ingin lewat Cibinong. Di tengah jalan aku melihat pintu masuk menuju salah satu pabrik semen, hati bergumam: ‘oh ini jalan yang dimaksud tentanggaku’. Tidak jauh dari pabrik semen itu aku melihat angkot belok ke kanan, aku penasaran dengan jalan itu, aku berhipotesis jalan ini bisa menuju jonggol lebih cepat, ku ikutilah angkot tersebut. 
 
Jalan ini sepi, aku jadi deg-degan dan sedikit gemetar. Kendaraan yang melalui jalanan inipun dapat dihitung, khayalku jadi berlebihan. Aku melaju cukup kencang, karena sepi dan jalan tak berlubang, aku rasa aku tak jauh dari stasiun Nambo, entahlah, yang pasti anak yang lahir dan tumbuh dewasa disekitar keramaian sepertiku sulit sekali menerima suasana yang seakan tak berpenghuni ini. 

Aku merasa tak berdaya sekali di tempat itu, di sisi kanan dan kiriku tersusun tanah yang menggunung, tumpukan drum-drum besar mengangkasa, luas, tinggi, dan besarnya tempat pengolahan semen dan pegunungan yang berdiri kokoh itu membuatku merasa pasrah pada-Nya, aku merasa kecil sekali dihadapan keagungan-Nya, aku bukan apa-apa, aku tak berdaya tanpa-Nya, aku seperti merasakan rasanya orang-orang yang berada di tengah samudra yang diterjang badai. Aku tidak berlebihan! memang itu rasa yang Allah hadirkan di hatiku.

Menemani Senja
Andalus, 16 Januari 2017


No comments:

Post a Comment