Tuesday, 5 April 2016

Pengalaman Ujian Praktek Pembuatan SIM (Minggu Kedua)



Seminggu kemudian... Selasa, 05 April 2016.
 
Hari ini aku ke Polres Depok tanpa diantar, aku hanya berdua dengan MIU (Motor Mio Ungu Kesayanganku), terlihat agak sedikit nantangin tapi sebenernya deg-degan juga, keliaran di sekitar polisi tapi ga punya SIM malah justru baru mau buat SIM. Hmm, maaf ya pak. Soalnya selesai ujian praktek saya mau ke Rawamangun pak. Bersyukur tempat parkir dan tempat ujian praktek lumayan jauh, jadi orang-orang yang berhubungan dengan ujianku ga ada yang tahu kalau aku datang bawa motor sendiri (tanpa SIM), he, ‘afwan pak.

Oke, yang pertama aku lakukan adalah ke loket pendaftaran untuk memberikan surat kecil tanda tak lulus praktek, hiks. Setelah itu, menunggu sampai dipanggil untuk praktek. Aku menunggu hampir 45 menit, sambil menunggu aku coba memanfaatkan waktu dengan mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan skripsiku. Aku tipe yang bisa fokus walau dikeramaian –Alhamdulillah-, namun kenyataannya aku sempat buyar juga dan jadi ‘memperhatikan’ sekitar walau mataku tetap tertuju pada kertas-kertas skripsi.

Seorang wanita yang duduk disamping kananku, dipanggil untuk foto, lalu kembali duduk disampingku seraya bercerita pada seseorang dikanannya (mungkin ayahnya). Rasanya tak sampai 15 menit kemudian, beliau dipanggil lagi dan ternyata sekarang beliau sudah memegang SIM. Disitu aku ga ngerti lagi apa yang aku rasa dan bagaimana harus mengekspresikan rasa itu, aku hanya diam seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi. Alhamdulillah, aku bisa tetap stay cool and stay strong, karena saat itu aku merasa ditenangkan dengan ayat “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”, sampe-sampe aku tulis ayat itu dikertas yang sedang aku pegang. 

Beberapa menit kemudian, namaku pun dipanggil, kali ini aku hanya tes berdua dengan bapak yang minggu lalu juga tidak lulus.

Beliau mulai duluan dan gagal lagi. Tetep Semangaat paak !!

Minggu lalu aku pakai motor yang metic, sekarang aku mau coba pakai yang manual. Aku ga diizinin untuk latihan dulu, bahkan sekedar jajal motornya dulu juga ga boleh, minggu lalu juga begitu, hiks. Ternyata lebih mudah yang manual (bagiku). 

Saat ujian praktek minggu lalu kondisi sekitar tempat ujian praktek sepi, bahkan aku rasa tidak ada polisi yang nontonin peserta ujian praktek, namun minggu ini kenapa jadi banyaak banget polisi, aku ngerasa jadi pusat perhatian, ditontonin para polisi dari segala penjuru =_=

Berapa polisi ya, kurang lebih 50-an mungkin.

Lalu, bagaimana hasil ujianku ?

Oke, dari start sampai finish aku bisa melakukannya tanpa menurunkan kaki, walau sedikit ada adegan hampir jatuh tapi ga jadi. Pada akhirnya akupun disuruh datang lagi minggu depan, hiks. 

Jadi, bapaknya bilang sudah bagus, tapi knalpotnya nyentuh garis putih.

Ya ampun paaak, huhu.

Bapaaak, luluskan sajaaaa.. aku :’( <pernah dengar lirik: pulangkan sajaaa.. aku?> (kira-kira gitu cara bacanya)

Oh iya, tadi agak sedikit malu, saat aku tanya, “Pak gimana? Luluskan?” sambil membuka helm (oh iya aku pakai masker)

Saat pembicaraan berlangsung aku masih diatas motor, bapaknya ada dibelakang kananku sekitar 3 meter.

Bapaknya bilang, “gimana mau lulus, knalpotnya aja nyentuh garis putih” (oh iya sekarang bapaknya lebih ramah daripada minggu lalu)

Spontan aku mengucapkan, “yaaah bapak maaah” sambil menaik turunkan kaki bagaikan seorang balita yang sedang ngambek karena ga dibeliin balon.

Akupun ditinggal bapaknya : (

Kini hanya tinggal aku, instruktur kedua dan para penonton.

To be continue...

No comments:

Post a Comment