Aku menyimpan kenangan (yang ku anggap buruk) tentang
kecelakaan kendaraan di jalan, ini bukan karena aku mengalaminya, namun karena sejak
kecil aku sering menyaksikannya, sebelum akhirnya merasakannya. Aku tidak tahu berapa
banyak pose kecelakaan yang terrekam dalam benakku dan itu masih teringat
dengan jelas, tentang suara, tangis, maki, luka, darah, hingga kematian.
Pertama kalinya aku jatuh dari motor adalah
saat aku berboncengan, aku sudah menceritakan kisah ini diblog ini.
---
Entah mengapa semua teringat dengan sangat jelas hingga
membuat aku tidak berani melihat ‘proses’ kecelakaan kendaraan, pernah tidak
sengaja air mataku menetes melihat seseorang yang hampir jatuh dari motornya, ia
hilang kendali entah karena gagal menghindari lubang atau terpleset atau
mengantuk atau karena sebab lain. Saat aku melihatnya berusaha mengendalikan
sepeda motornya untuk tegak kembali, aku berkata lirih, “jangan jatuh” dan disaat
yang bersamaan jantungku terasa lemas. Alhamdulillah sepeda motornya terkendali
kembali.
---
Di pertengahan jalan (sekitar pasar minggu), aku merasa
sangat mengantuk, di Tanjung barat, motorku sudah miring kekanan, Alhamdulillah
aku cepat bangun dan tidak terjatuh, sulit sekali menghilangkan rasa kantuk
ini, saat mengendarai sepeda motor, aku paling malas berhenti ditengah jalan (malas
mampir-mampir-red), hingga akhirnya aku meneruskan perjalanan.
Di Lenteng
Agung, rupanya aku tertidur lagi, aku tersadar ketika aku merasa miring ke
kanan dan hendak jatuh, secepat mungkin kaki kananku berusaha menahan, namun
Qadarullah wa Masya-a fa’ala, akupun terjatuh.
Aku khawatir ada yang menabrakku dari belakang, namun
Alhamdulillah tidak terjadi, yang terjadi adalah hadirnya angkot dari samping
kananku yang membuatku merasakan bahwa helmku bergesekan dengan dinding samping
angkot, menyentuh dengan lembut.
Angkot itupun berhenti, musisi jalanan yang sedang
bernyayi didalam angkot itupun kini tepat didepanku membantu mendirikan miu, dikiri
miu juga ada seorang bapak yang membantu mendirikan miu. Aku merasa akulah yang
salah sehingga akupun meminta maaf kepada supir angkot tersebut dengan isyarat
tangan.
Sebelum pergi, aku mengucapkan terima kasih kepada keduanya. Dengan badan
yang sedikit gemetar, akupun menaiki miu kembali, aku baru sadar bahwa didepan
miu ada seorang bapak yang memasang wajah marah kepada supir angkot tersebut, (ya
ampun), akupun melaluinya sambil berkata, “terima kasih pak”.
Akupun berjalan kembali, namun miu terasa oleng, akupun
berhenti, lalu tersadar bahwa spion kanan telah menyimpang 900 dari
aturan posisi yang ku tetapkan, tidak bisa berubah seperti semula, akhirnya aku
menyelesaikan sisa perjalanan dengan kondisi seadanya, pelan.
---
Setelah ku hitung-hitung, sepertinya aku sudah mengalami ‘masalah’
dijalan sebanyak 4x, jumlah ini terhitung banyak bagi yang belum pernah ‘bermasalah’
namun terhitung sedikit bagi yang sudah sering mengalami.
Kadar kita jatuh dari motor bisa berbeda karena intensitas
dan jaraknyapun berbeda.
“Semakin sering mengendarai
motor semakin besar peluang jatuh dari motor, semakin jauh perjalanan semakin
besar pula peluang jatuh dari motor”
Mari kita lebih berhati-hati lagi
Semoga tidak terjadi lagi padaku dan pada selainku ‘masalah’ ini.
No comments:
Post a Comment