Saturday, 10 October 2015

Jatuh dari Motor

Aku menyimpan kenangan (yang ku anggap buruk) tentang kecelakaan kendaraan di jalan, ini bukan karena aku mengalaminya, namun karena sejak kecil aku sering menyaksikannya, sebelum akhirnya merasakannya. Aku tidak tahu berapa banyak pose kecelakaan yang terrekam dalam benakku dan itu masih teringat dengan jelas, tentang suara, tangis, maki, luka, darah, hingga kematian.

Pertama kalinya aku jatuh dari motor adalah saat aku berboncengan, aku sudah menceritakan kisah ini diblog ini.
---
Entah mengapa semua teringat dengan sangat jelas hingga membuat aku tidak berani melihat ‘proses’ kecelakaan kendaraan, pernah tidak sengaja air mataku menetes melihat seseorang yang hampir jatuh dari motornya, ia hilang kendali entah karena gagal menghindari lubang atau terpleset atau mengantuk atau karena sebab lain. Saat aku melihatnya berusaha mengendalikan sepeda motornya untuk tegak kembali, aku berkata lirih, “jangan jatuh” dan disaat yang bersamaan jantungku terasa lemas. Alhamdulillah sepeda motornya terkendali kembali.
---
Di pertengahan jalan (sekitar pasar minggu), aku merasa sangat mengantuk, di Tanjung barat, motorku sudah miring kekanan, Alhamdulillah aku cepat bangun dan tidak terjatuh, sulit sekali menghilangkan rasa kantuk ini, saat mengendarai sepeda motor, aku paling malas berhenti ditengah jalan (malas mampir-mampir-red), hingga akhirnya aku meneruskan perjalanan. 

Di Lenteng Agung, rupanya aku tertidur lagi, aku tersadar ketika aku merasa miring ke kanan dan hendak jatuh, secepat mungkin kaki kananku berusaha menahan, namun Qadarullah wa Masya-a fa’ala, akupun terjatuh.

Aku khawatir ada yang menabrakku dari belakang, namun Alhamdulillah tidak terjadi, yang terjadi adalah hadirnya angkot dari samping kananku yang membuatku merasakan bahwa helmku bergesekan dengan dinding samping angkot, menyentuh dengan lembut.

Angkot itupun berhenti, musisi jalanan yang sedang bernyayi didalam angkot itupun kini tepat didepanku membantu mendirikan miu, dikiri miu juga ada seorang bapak yang membantu mendirikan miu. Aku merasa akulah yang salah sehingga akupun meminta maaf kepada supir angkot tersebut dengan isyarat tangan. 

Sebelum pergi, aku mengucapkan terima kasih kepada keduanya. Dengan badan yang sedikit gemetar, akupun menaiki miu kembali, aku baru sadar bahwa didepan miu ada seorang bapak yang memasang wajah marah kepada supir angkot tersebut, (ya ampun), akupun melaluinya sambil berkata, “terima kasih pak”.

Akupun berjalan kembali, namun miu terasa oleng, akupun berhenti, lalu tersadar bahwa spion kanan telah menyimpang 900 dari aturan posisi yang ku tetapkan, tidak bisa berubah seperti semula, akhirnya aku menyelesaikan sisa perjalanan dengan kondisi seadanya, pelan.
---
Setelah ku hitung-hitung, sepertinya aku sudah mengalami ‘masalah’ dijalan sebanyak 4x, jumlah ini terhitung banyak bagi yang belum pernah ‘bermasalah’ namun terhitung sedikit bagi yang sudah sering mengalami.

Kadar kita jatuh dari motor bisa berbeda karena intensitas dan jaraknyapun berbeda.

“Semakin sering mengendarai motor semakin besar peluang jatuh dari motor, semakin jauh perjalanan semakin besar pula peluang jatuh dari motor”

Mari kita lebih berhati-hati lagi

Semoga tidak terjadi lagi padaku dan pada selainku ‘masalah’ ini.

No comments:

Post a Comment