Wednesday, 4 July 2018

Kegiatan Liburan


Liburan kali ini berbeda dengan yang sebelumnya, kalau sebelumnya aku lebih suka jalan-jalan sampai akhirnya lebih suka mengisi liburan dengan membaca suatu buku sampai selesai, liburan kali aku lebih banyak mengisi waktu untuk belajar membuat makanan, ya, memasak.

“Teteh masak? Tumben” begitu kata adikku

Sepertinya menjadi suatu pemandangan yang sangat mengherankan ketika mereka melihat aku memasak. Begitulah nasib orang yang hampir ga pernah masak, dipandang aneh. Insyaallah suatu hari nanti aku jago masak, sehingga mereka ga terheran-heran lagi. Berikut adalah beberapa masakan yang sudah jadi selama liburan ini, baru sedikit sekali.

Masakan pertama, semur ayam. Aku masih takut memegang ayam mentah, jadi ibu yang mencucinya. Rasanya enak, hanya saja ayam yang memiliki unsur karbon dalam tubuhnya menampakkan sedikit karbonnya, sedikit hangus, he. Ini terjadi karena aku tidak mengaduk-aduk malah sibuk membuat bumbu untuk ungkeb ayam.

Masakan kedua, ayam goreng. Aku yang mengolah bumbu dan mengungkebnya, ibu yang menggoreng, aku masih takut menggoreng ayam. Rasanya enak, sukses.

Masakan ketiga, tumis jamur, rasanya lumayan, tapi entah kenapa aku masih belum puas dengan rasanya. Apa karena aku kurang suka jamur?

Masakan keempat, sup ayam. Menurut lidah aku rasanya sudah sesuai. Sup atau aku biasa bilang sop ditempat yang lain rasanya berbeda, dari sini aku mulai penasaran dengan berbagai makanan diluar, namun aku harus hati-hati karena pencernaan aku cukup sensitif, jika ada makanan yang tidak cocok ia bisa keluar lagi melalui kerongkongan. Oh iya disini aku sudah mulai berani memegang ayam mentah dan memotongnya.

Masakan kelima, cue balado. Ternyata menggoreng cue juga seperti ngajakin perang, meledak-ledak, akhirnya ku serahkan saja pada ibu. Bumbunya tetap aku yang buat, namun aku belum puas dengan rasanya, kenapa ya, mungkin karena aku pernah makan bumbu yang lebih enak dari apa yang aku buat jadinya aku masih penasaran.

Masakan keenam, sayur asem. Kayanya masak sayur asem biasa aja, tapi masakan aku ga laku, ga ada yang makan, aku juga ga berani makannya, keasinan, kurang sedaplah. Ya sudah tidak apa-apa namanya juga baru belajar. Ingat kata Pak Thomas, kita itu bukannya gagal, tapi kita menemukan cara yang belum berhasil.

Masakan ketujuh, lontong isi oncom, ini laku banget, langsung habis. Ini mah aku hanya membantu saja, bukan pemeran utamanya.

Masakan kedelapan, cireng, efek jajan cireng terus akhirnya memutuskan untuk buat aja, googling. Oh iya, masakan 1-7 itu ga pakai googling, itu ilmu masak warisan ibu. Aku jadi berfikir kenapa masakan ibu kita enak, karena dari kecil kita makan masakan ibu, lidah kita sudah terbiasa, bisa kangen juga kalau lama ga makan masakan ibu. Waktu kecil, aku pernah makan sayur asem di rumah teman, rasanya manis. Lidah aku belum terbiasa dengan sayur asem yang manis.

Oh iya, cireng ini rasanya lumayan, hanya saja dalemnya masih mentah, aku tanya sama teman yang sudah lama di dunia masakan, katanya mungkin apinya kegedean, setelah aku kecilin ternyata masih sama saja. Aku belum menemukan solusi ini, akhirnya aku buat cilok aja adonannya.

Masakan kesembilan, cilok. Cilok yang biasa dijual disekitar rumahku itu ga kenyel, tapi aku pernah makan cilok buatan teman yang kenyel, temanku bilang, di jawa itu ciloknya kenyel. Akhirnya aku biasa aja, mau ciloknya kenyel atau engga. Pas bapak coba cilok buatanku, bapak bilang susah digigit. Hmm, mungkin nanti akan coba buat yang ga kenyel, bumbu kacangnya juga masih banyak. Efek masak ga pakai takaran, jadinya ga sesuai antara jumlah cilok dan bumbunya.

Akhirnya, aku sedikit menemukan kesenangan dalam memasak, dulu di lab kimia ga boleh bereksperimen, harus sesuai prosedurnya, sedangkan di lab cabe bawang aku bebas bereksperimen. Jadi inget masanya aku kaku dalam memasak, di google nyuruh 15 rawit nurut aja, tapi logika berjalan, 15 pasti pedes banget, akhirnya buat seblak dengan 10 rawit, ga laku deh masakannya, ga ada yang tahan sepedas itu.

Aku ingat, muridku pernah bilang, “mamah aku mah kalau masak liat google dulu”

Jleb, disitu aku berfikir, aku memang harus bisa membuat berbagai makanan, aku tidak punya pilihan lain. Oh iya, ada iklan yang bilang, ga bisa masak itu gpp, yang penting bisa makan. Aku tidak setuju, aku harus bisa masak dan aku bersyukur bisa makan, karena ada orang yang tidak bisa makan, entah karena masalah pencernaan ataupun karena tidak ada uang untuk membeli makanan.

Alhamdulillahiladzi bini’matihi watimusshalihat
Kamis, 05 Juli 2018
Masih Syawal

No comments:

Post a Comment