Sunday, 29 July 2018

Kembalilah Kepada Allah


“Kembalilah kepada Allah. Temukan kembali Dia dalam hidupmu dengan memaksimalkan mata hati, penglihatan, pendengaran dan lisanmu. Sungguh tidak ada yang dapat kembali kepada Allah -dengan taufik-Nya- melainkan melalui keempat indara ini. Dan tidak ada yang berpaling dari-Nya -karena ditelantarkan-Nya- melainkan melalui keempat indara ini”

Ibnul Qoyyim

Bukan Untuk Menyaingi Orang Lain


“... Orang yang ingin menyaingi orang lain menuntut dirinya agar menjadi seperti orang tersebut.”

Ibnul Qoyyim dalam Fawaidul Fawaid

Jepang : Antara Impian dan Mimpi


Saat Aliyah dulu, pernah ada tamu yang datang ke kelas kami, menawarkan untuk S1 di luar negeri, namun saat itu aku masih takut untuk pergi terlalu jauh. Aku berfikir, S1 di Indonesia saja dulu nanti S2 dan S3 baru di luar negeri, insyaallah. Pada masa kuliah S1, aku pernah menuliskan impian untuk melanjutkan studi di Jepang, namun diperjalanan aku mengubah niat, dan kini aku sedang mendaftar untuk kuliah kembali, insyaallah bulan September 2018 adalah penentuannya.

Aku sudah tidak berharap untuk S2 di Jepang, namun masih berharap bisa melihat langsung proses pendidikan disana, tetapi tidak ada lagi usaha dariku untuk menujunya, apakah ini yang namanya angan-angan? Berharap tanpa berusaha. Kini, mimpi ke Jepang hanya terjadi di alam mimpiku, dalam waktu yang berdekatan sudah dua kali aku bermimpi sedang berada di Jepang, padahal beberapa hari terakhir ini yang aku pikirkan adalah ujian, ujian tahfiz, ujian mufrodat, ujian hadits dan ujian masuk suatu kampus.

Jika engkau merasa malas dan lelah, coba ingat lagi tujuanmu!

Segala tujuan karena Allah, tidak akan sia-sia.

Ini hanya ketikan sambilan, sambil nyuci dan makan bersama ibu. Meski ada harapan yang belum terwujud, jangan lupa bersyukur dengan apa yang telah dicapai dan apa yang dimiliki saat ini. Alhamdulillah, nikmat ini dari Allah.

Tiba-tiba merasa malu, banyak yang Allah beri namun sedikit ibadah yang ku lakukan. Astaghfirullah.

Ahad, 29 Juli 2018 07.15 WIB

Saturday, 21 July 2018

Hati-hati dengan Orang yang Memiliki Kekuasaan

Hati-hati dengan orang yang punya kekuasaan, jangan sampai hati berharap padanya, jangan sampai diri merasa terikat dengannya.

Ingat, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mengapa harus berharap pada manusia yang bisa mengecewakan, padahal berharap pada Allah tidak pernah mengecewakan.

Berusaha untuk tidak meminta pada manusia.

Jika engkau ingin meminta, mintalah kepada Allah saja.

Wujud dari Harapan (Mengaji Bersama Ibu)


Alhamdulillah, bisa mengaji bersama ibu adalah nikmat yang harus disyukuri, walaupun belum bisa rutin, namun alhamdulillah ketika aku mengajak ibu, ibu selalu bersemangat, tidak pernah menolak, baarakallahu fiiha. Alhamdulillah liburan ini Allah menghendaki kami mengaji di Masjid Puri Cinere, ini kedua kalinya aku kesana, pertama kalinya bersama ibu dan pertama kalinya datang langsung pada kajian yang disampaikan oleh ustadz Nuzul. Akhirnya.

Kajian dimulai pukul 10.00 WIB, aku perkirakan butuh waktu 30 menit untuk sampai sana, aku lupa kalau aku akan boncengan, seharusnya aku perkirakan lebih dari 30 menit, karena mengira akan macet dan aku tidak ingin ketinggalan materi, aku jadi berdo’a semoga ustadz telat. Akhirnya aku berangkat pukul 09.35 sampai sana aku tidak melihat jam, langsung shalat sunnah dan ketika duduk ku lihat jam 10.05, ustadz belum datang.

Beberapa menit kemudian ustadz datang, sebelum menyampaikan materi, beliau minta maaf karena telat, padahal beliau sudah keluar dari rumah jam 06.00, kemudian melakukan terapi dulu, beliau sedang kurang sehat. Syafahullah, la ba sa thahurun insyaallah. Jazahullahu khairan, beliau tidak membatalkan kajian, aku sendiri sudah mempersiapkan diri jika kajian batal.

Aku kira kajian tentang fiqih wanita, aku sudah senang sekali, karena aku merasa paling lemah pada pelajaran ini, ternyata mengaji tentang sifat-sifat orang beriman. Beberapa hal yang harus ku ingat (dan berusaha untuk mengamalkan) tentang sifat-sifat orang beriman:
Sifat pertama, orang beriman itu kuat agamanya, pendiriannya kuat jika memang jelas dalilnya. Misal ketika ditekan suami untuk lepas hijab, orang beriman itu tidak goyah, tidak ada alasan untuk labil.

“Sumayah telah mencatatkan namanya sebagai syahid pertama dalam islam” perkataan ustadz membuat aku merasa sangat payah, apa yang sudah ku lakukan untuk islam?

Sifat kedua, berani yang diselimuti kelembutan, karena keberanian ga harus diungkapkan dengan cara yang kasar. Ada istilah lin dan rifku. Kalau lin lebih ke lisan sedangkan rifku lebih ke sikap. Tantangan datang ke kajian yaitu harus semakin kuat imannya, semakin berani tetapi juga harus semakin lembut.

Ingat ya Dila, kelembutan itu bagian dari sunnah nabi, QS. Ali Imran 159. Ayat ini menjelaskan kunci sukses berinteraksi dengan orang lain. Selevel sahabatpun ga bisa kalau nabi kasar.

Nabi Ibrahim diancam ayahnya, namun Nabi Ibrahim membalas dengan perkataan yang baik, QS. Maryam : 46-47

Seorang ulama, ketika lawan debatnya kalah argumen, lawan debat itu meludahinya, namun ulama tersebut tidak marah, ia menjelaskan bahwa air ludah itu suci jadi untuk apa marah.

Islam itu tinggi, seorang muslim itu levelnya tinggi, orang berkelas itu ga kasar. Penjahat berkelaspun mainnya ga kasar.

Semoga Allah menganugerahkan kepadaku dan kaum muslimin kelembutan. Semoga ini membuat aku ingat untuk tidak memancing amarah anak abg labil di rumah. Hanya ada 2 pilihan, diam atau berkata baik, kasar bukan pilihan. Walaupun aku sudah memutuskan memilih berkata baik, ustadz benar, pada prakteknya, banyak yang tergelincir, oke anggap ini latihan pertama, tetap berkata baik sama anak abg labil di rumah.

Sifat ketiga, beriman dengan keyakinan, tidak ragu sedikitpun. Harus mencontoh Khadijah, ketika suaminya pulang dalam kondisi tidak biasa, khadijah ga panikan dan langsung meyakini apa yang terjadi pada suaminya. Coba renungkan, yang nabi cari adalah isterinya, bukan Abu Bakar ataupun Abu Thalib. Harus mencontoh Hajar, ketika ditinggal suaminya di lembah batu karena perintah Allah, ia berkata, kalau begitu Allah ga akan sia-siakan kita. Juga latihan agar punya iman seperti Abu Bakar, sebagimana kisah Isra’ Mi’raj.

Orang-orang besar adalah orang yang mampu melihat masalah sebagai peluang.

Orang itu mayoritasnya menjadi orang besar setelah melewati masa kecil atau masa muda yang tidak mudah.

Ada kaidah : “Barang siapa yang masa awalnya sulit, maka endingnya akan cemerlang”

Catatan ini hanya sebagai pengingat pribadi, karena insyaallah setiap bulan aku suka membaca atau membuat tulisan di blog ini, aku tidak berniat meresume kajian, karena pasti banyak sekali tulisan yang terlewatkan. Kalau untuk catatan kajian, iya yah, kenapa aku belum punya jadwal khusus untuk muroja’ah catatan kajian, paling membaca catatan kajian kalau aku sedang merapikan buku atau memindahkan rak buku.

Senin, 09 Juli 2018 20.28 WIB
Waktu ujian tahfidz semakin dekat

Sunday, 8 July 2018

Hutang

Kita semua memulai hidup dari fase yang sama, fase bayi, saat dimana kita tidak tahu apapun, kemudian kita terus tumbuh dan berkembang dengan pengalaman hidup yang berbeda, hingga akhirnya terlihat jelas adanya perbedaan pengetahuan meski di usia yang sama.

Ini kisah saat aliyah, hari itu, kami sedang berkunjung ke rumah guru, kemudian seorang teman dekatku menemuiku untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya, aku sudah lupa lagipula itu hanya seribu rupiah, tidak perlu diganti, namun ia tidak begitu, ia bersikeras ingin agar aku menerima uang itu, ia benar-benar terlihat tidak mau memiliki hutang, ia takut dengan hutang, melihat ketakutannya dengan hutang, akupun jadi takut dengan hutang.

Pada masa itu, belum sampai kepadaku hadits-hadits tentang mengerikannya hutang, namun aku sudah bertekad bahwa aku harus mengingat hutangku, tanpa sadar aku telah tertular sikapnya dalam menyikapi hutang. 

Saat kajian, pembahasannya tentang hutang, ketika aku sedang memikirkan apakah aku masih punya hutang atau tidak, lalu ingatanku mengirimkan jawaban tidak (namun jika ternyata aku lupa, ingatkan aku, tagih saat ini saja, jangan tagih disana, disana sudah tidak adalagi mata uang), kemudian ku dengar ustadz berkata, kita punya hutang, hutang negara.

Semoga Allah membebaskan kita dan negera kita dari lilitan hutang.
Semoga kita meninggal dunia tanpa adanya hutang. 

Ahad, 8 Juli 2018
Setelah Kajian tentang Hutang

Pengalaman Pertama Mengaji di Masjid Jendral Sudirman


Kajian yang kami datangi judulnya, “Berlindung dari Hutang” disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, Lc, MA. Ini pertama kalinya aku datang langsung ke kajian ustadz Syafiq dan pertama kalinya juga ke Masjid Jendral Sudirman.

Jika bukan untuk menemani kakak kelasku yang ingin menghadiri langsung kajian, mungkin aku sedang mengerjakan hal lain di rumah, namun Allah meringankan langkahku kesana, mulai dari narik gas miu jam 06.30, nyamper dan nunggu kakak bersiap-siap dulu, muter jalan karena car free day, dll.

Hikmah yang aku dapati hari ini adalah : “tidak mengantri dan ada air di kamar mandi adalah nikmat”. Bagiku mendapatkan suatu hikmah itu sangat berharga. Entah mengapa menyadari sesuatu lebih aku sukai daripada mengetahui sesuatu.

Oh iya, di jalan pulang kami sempat melihat seorang bapak menanyakan lokasi UNJ kepada seorang mbak, tapi mbaknya ga tahu, kemudian ia berlalu begitu saja melewati kami, aku tahu jalan menuju UNJ tapi malu untuk memanggil bapak itu, akhirnya aku menepuk bahu kakakku sambil berkata, “kak bantuin bapak itu, kasih tahu jalan ke UNJ”. Senang rasanya bisa membantu.
Ahad, 8 Juli 2018

Pengalaman Pertama Mengaji di Masjid Blok M Square


Pertama kali mengaji disini, bareng teman aliyah, kalau sudah kemana-mana sama temanku yang satu ini, pasti aku yang dibonceng, karena ia melewati rumah orangtuaku. Kajian yang kami datangi judulnya, “Jadilah Rabbani bukan Ramadhani” disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, lc, MA.

Saat mendengarkan apa yang beliau sampaikan, rasanya seperti mendapatkan obat untuk hati yang sedang sakit.

Aku datang hari sabtu pagi, 30 Juni 2018, biasanya ba’da maghrib ada kajian ustadz Nuzul, ada sedikit harapan ingin di masjid sampai ikut kajian ustadz Nuzul, tapi aku datang tidak sendiri jadi aku harus menanyakan keinginannya juga, setelah ku tanya ia ternyata sabtu ini kajian ba’da magrib sedang libur. Qadarullah. Entah kenapa ingin sekali hadir langsung ke kajian ustadz Nuzul, berada di dekat orang alim itu terasa seperti ada suntikan semangat.

Saturday, 7 July 2018

Setiap Kali Hatimu Menjadi Lalai


“Setiap kali hatimu menjadi lalai dan jiwamu menyatu dalam kehidupan dunia, maka keluarlah menuju kuburan dan pikirkanlah kaum yang mereka kemarin sepertimu berada di muka bumi”

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
Telah berganti hari, 00.07 WIB

Wednesday, 4 July 2018

Kegiatan Liburan


Liburan kali ini berbeda dengan yang sebelumnya, kalau sebelumnya aku lebih suka jalan-jalan sampai akhirnya lebih suka mengisi liburan dengan membaca suatu buku sampai selesai, liburan kali aku lebih banyak mengisi waktu untuk belajar membuat makanan, ya, memasak.

“Teteh masak? Tumben” begitu kata adikku

Sepertinya menjadi suatu pemandangan yang sangat mengherankan ketika mereka melihat aku memasak. Begitulah nasib orang yang hampir ga pernah masak, dipandang aneh. Insyaallah suatu hari nanti aku jago masak, sehingga mereka ga terheran-heran lagi. Berikut adalah beberapa masakan yang sudah jadi selama liburan ini, baru sedikit sekali.

Masakan pertama, semur ayam. Aku masih takut memegang ayam mentah, jadi ibu yang mencucinya. Rasanya enak, hanya saja ayam yang memiliki unsur karbon dalam tubuhnya menampakkan sedikit karbonnya, sedikit hangus, he. Ini terjadi karena aku tidak mengaduk-aduk malah sibuk membuat bumbu untuk ungkeb ayam.

Masakan kedua, ayam goreng. Aku yang mengolah bumbu dan mengungkebnya, ibu yang menggoreng, aku masih takut menggoreng ayam. Rasanya enak, sukses.

Masakan ketiga, tumis jamur, rasanya lumayan, tapi entah kenapa aku masih belum puas dengan rasanya. Apa karena aku kurang suka jamur?

Masakan keempat, sup ayam. Menurut lidah aku rasanya sudah sesuai. Sup atau aku biasa bilang sop ditempat yang lain rasanya berbeda, dari sini aku mulai penasaran dengan berbagai makanan diluar, namun aku harus hati-hati karena pencernaan aku cukup sensitif, jika ada makanan yang tidak cocok ia bisa keluar lagi melalui kerongkongan. Oh iya disini aku sudah mulai berani memegang ayam mentah dan memotongnya.

Masakan kelima, cue balado. Ternyata menggoreng cue juga seperti ngajakin perang, meledak-ledak, akhirnya ku serahkan saja pada ibu. Bumbunya tetap aku yang buat, namun aku belum puas dengan rasanya, kenapa ya, mungkin karena aku pernah makan bumbu yang lebih enak dari apa yang aku buat jadinya aku masih penasaran.

Masakan keenam, sayur asem. Kayanya masak sayur asem biasa aja, tapi masakan aku ga laku, ga ada yang makan, aku juga ga berani makannya, keasinan, kurang sedaplah. Ya sudah tidak apa-apa namanya juga baru belajar. Ingat kata Pak Thomas, kita itu bukannya gagal, tapi kita menemukan cara yang belum berhasil.

Masakan ketujuh, lontong isi oncom, ini laku banget, langsung habis. Ini mah aku hanya membantu saja, bukan pemeran utamanya.

Masakan kedelapan, cireng, efek jajan cireng terus akhirnya memutuskan untuk buat aja, googling. Oh iya, masakan 1-7 itu ga pakai googling, itu ilmu masak warisan ibu. Aku jadi berfikir kenapa masakan ibu kita enak, karena dari kecil kita makan masakan ibu, lidah kita sudah terbiasa, bisa kangen juga kalau lama ga makan masakan ibu. Waktu kecil, aku pernah makan sayur asem di rumah teman, rasanya manis. Lidah aku belum terbiasa dengan sayur asem yang manis.

Oh iya, cireng ini rasanya lumayan, hanya saja dalemnya masih mentah, aku tanya sama teman yang sudah lama di dunia masakan, katanya mungkin apinya kegedean, setelah aku kecilin ternyata masih sama saja. Aku belum menemukan solusi ini, akhirnya aku buat cilok aja adonannya.

Masakan kesembilan, cilok. Cilok yang biasa dijual disekitar rumahku itu ga kenyel, tapi aku pernah makan cilok buatan teman yang kenyel, temanku bilang, di jawa itu ciloknya kenyel. Akhirnya aku biasa aja, mau ciloknya kenyel atau engga. Pas bapak coba cilok buatanku, bapak bilang susah digigit. Hmm, mungkin nanti akan coba buat yang ga kenyel, bumbu kacangnya juga masih banyak. Efek masak ga pakai takaran, jadinya ga sesuai antara jumlah cilok dan bumbunya.

Akhirnya, aku sedikit menemukan kesenangan dalam memasak, dulu di lab kimia ga boleh bereksperimen, harus sesuai prosedurnya, sedangkan di lab cabe bawang aku bebas bereksperimen. Jadi inget masanya aku kaku dalam memasak, di google nyuruh 15 rawit nurut aja, tapi logika berjalan, 15 pasti pedes banget, akhirnya buat seblak dengan 10 rawit, ga laku deh masakannya, ga ada yang tahan sepedas itu.

Aku ingat, muridku pernah bilang, “mamah aku mah kalau masak liat google dulu”

Jleb, disitu aku berfikir, aku memang harus bisa membuat berbagai makanan, aku tidak punya pilihan lain. Oh iya, ada iklan yang bilang, ga bisa masak itu gpp, yang penting bisa makan. Aku tidak setuju, aku harus bisa masak dan aku bersyukur bisa makan, karena ada orang yang tidak bisa makan, entah karena masalah pencernaan ataupun karena tidak ada uang untuk membeli makanan.

Alhamdulillahiladzi bini’matihi watimusshalihat
Kamis, 05 Juli 2018
Masih Syawal

Kasih Sayang Seorang Kakak


Sepertinya adik-adik aku belum menyadari kalau kakaknya itu selalu memikirkan mereka, peduli dengan mereka, menginginkan kebaikan untuk mereka, menginginkan mereka melampaui kakaknya dalam hal ilmu. Mungkin caraku juga yang salah. Aku harus memperbaiki diri, semoga Allah menolong aku dan kaum muslimin yang ingin memperbaiki diri.

Alhamdulillah, adik pertamaku atas permintaannya sendiri ingin diajarkan ilmu. Tentu aku sangat senang, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Semoga istiqomah.

Dahulu aku dan adik keduaku sangat dekat, entah mengapa kini terasa seakan aku dan dia berada di tepi jurang yang berbeda, ada jarak di antara kita. Memang salahku yang belum tepat berkata kepadanya, ia sedang memasuki masa remaja awal, seharusnya aku mencoba memahami dirinya terlebih dahulu. Semoga Allah membimbingmu dan kita semua dalam kebaikan.

Adik ketigaku, perempuan. Aku telah menjalani masa yang kini sedang ia lalui dan telah mengambil pelajaran di masa lalu. Aku ingin ia lebih baik dariku, aku tidak ingin kekurangan ataupun kesalahanku di masa lalu terjadi padanya, sehingga aku banyak menasehatinya, namun aku menangkap bahwa ia belum menangkap apa yang aku katakan. Alhamdulillah kini hafalannya sudah sampai surah ke 84 dari surah ke 78. Awalnya ia mau kalau harus membaca dari an-naba walaupun ia sedang menghafal surah ‘abasa namun sejak bertambah hafalannya ia jadi berat kalau harus membaca dari an-naba.

Ibu alhamdulillah sangat bersemangat terhadap ilmu, ingin ikut kajian, akunya yang salah karena seringnya tidak ada di rumah, atau tidak lama berada di rumah. Sekarang sedang libur panjang, semoga bisa mengajak ibu ke majelis ilmu lagi. Aku pasti akan menyesal jika tidak bisa memenuhi keinginan ibu.

Ketika mengajar akupun belajar, aku memperhatikan, mengambil pelajaran agar lebih baik lagi. Ketika aku mengajar sambil mengerjakan yang lain, aku sadar betul bahwa ilmu yang tersampaikan tidak akan maksimal. Ketika sedang mengajar, beberapa kali aku menyadari ternyata ada ilmu yang belum terpahami sempurna, dan itu membuatku sedih.

Teruslah semangat dalam menuntut ilmu!
Bukan hanya untuk diri sendiri namun juga untuk oarang-orang disekitarmu!

Kamis, 05 Juli 2018


Tuesday, 3 July 2018

Mintalah Kepada Allah Sampai Urusan Remeh Sekalipun

Ibnu Rajab -rahimahullah- mengatakan, "Dahulu para salaf meminta kepada Allah dalam shalatnya semua kebutuhannya sampai-sampai garam untuk adonannya dan tali kekang untuk kambingnya"

Kemarin aku membaca tulisan itu, setelah membaca itu, batinku berkata, "Ya Allah aku ingin pempek, tapi dibeliin (maksudnya aku tidak perlu keluar untuk mencarinya dan tidak sampai mengeluarkan uang)

Esok harinya, yaitu hari ini, Ayu berdiri disampingku dan berkata, "Teh, Ayu beli pempek" sambil menunjukkan apa yang ia beli.

"Yah, Ayu kok ga bilang teteh?"

"Ini buat teteh aja" katanya

Ternyata dia beli pempek, hanya untuk kakaknya, dia sendiri ga beli. Makasih Ayu, tumben baik, hehe

Jazaahallahu khairan

Jadi makin semangat minta sama Allah

Aku meminta kepada Allah, agar aku selalu meminta kepada-Nya

Rabu, 04 Juli 2018
Masih liburan