10 November 1954 hari dimana seorang lelaki yang ku kagumi dilahirkan. Seorang lelaki yang gen-nya Allah wariskan kepadaku. Dua tahun setelah itu, bapak telah menjadi yatim.
64 tahun usia bapak, tulisan ini bukan untuk merayakan namun aku jadikan ini sebagai pengingat bahwa akan datang hari dimana perpisahan itu pasti akan terjadi dan kematian tidak mendahulukan usia.
Ini adalah nikmat Allah yang berikan kepada kami, anak-anaknya, bahwa kami memiliki kedua orang tua yang lengkap, yang selalu ada di sisi kami. Semoga Allah mengisi sisa hidup kita semua dengan amal shalih.
Sungguh bapak adalah lelaki yang mengagumkan, masyaallah. Bapak tidak merokok, Alhamdulillah di rumah kami tidak ada yang merokok, ini adalah nikmat, astaghfirullah aku baru menyadarinya.
Bapak selalu memperbaiki barang-barang yang rusak. Kipas angin yang jatuh, kepala kipas dan badannya putus namun kabelnya tidak putus, bapak sambungkan, Alhamdulillah masih hidup dan masih bisa digunakan beberapa tahun lagi, sekarang sudah benar-benar rusak jadi sudah tidak digunakan.
Kipas angin dikamarku entah kenapa mati, lalu bapak meperbaikinya. Mesin air mati bapak juga yang memperbaiki, masih banyak lagi. Terbaru, slot pintu kamar mandi rusak, bapak perbaiki tanpa membeli kunci baru dengan menggunakan tutup botol apa gitu, entahlah.
Kini aku sadar karakter itu tanpa sadar telah menjadi bagian dariku. Tidak mudah mengganti sesuatu yang lama dengan sesuatu yang baru.
Aku pernah punya sepatu sampai warnanya pudar dan sampai bagian samping yang hanya di lem, lem nya sudah tidak merekat lagi, sehingga bagian samping menganga, masih ku pakai, sampai akhirnya dibuang ibu karena sudah tidak pantas dipakai. Aku ambil lalu ku simpan, karena banyak kenangan padanya, lalu dibuang lagi, jadi baiklah selamat tinggal namun insyaallah ada fotonya.
Pernah juga punya sandal sampai bolong bagian tengahnya, karena sudah licin jadi aku menggantinya.
Seingatku bapak hampir tidak pernah membeli baju, baju bapak kebanyakan hadiah atau seragam PNS guru. Dan akupun memiliki sifat yang sama, jarang membeli gamis. Sekali-kali membeli gamis itupun karena permintaan ibu.
Rindu masa kecil, saat jalan pagi setiap pekan lalu istirahat makan gemblong di warung, diajak jalan-jalan naik motor, dibeliin bubur kacang hijau kesukaan. Sekarang sudah bisa sendiri, ingin apa pilih sendiri, cari sendiri, beli sendiri.
Bapak lebih banyak mengajarkan sesuatu dengan perbuatan daripada perkataan, dan itu sulit dipahami bagi yang tidak memperhatikan namun lebih mengena di hati, bahkan secara tidak sadar karakter itu telah terwarisi. Semoga Allah selalu menjaga bapak dan keluarga kita agar selalu dalam ketaatan kepada Allah Ar-Rahman Ar-Razzaq.
No comments:
Post a Comment