oleh Hasan Al-Jaizy
Para
gadis yang disebut akhwat itu, selama berselancar di situs ini,
setidaknya menjaga diri agar jangan sampai kekagumannya terhadap seorang
lawan jenis terendus, tercium dan tersebar begitu saja di tengah warga.
Simpan baik-baik jika memang punya rasa. Jangan menabur cerita. Bahkan
kisi-kisinya pun tidak perlu diwarta. Simpan saja.
Karena meskipun tidak semua, tetapi banyak
gadis [baik disebut akhwat, ikhwit, ikhwan atau gaswat] yang sudah
mencapai usia 22 ke atas, apalagi menjelang 30 dan belum menemukan teman
bobo, rentan pada fikiran-fikiran ke penyebaran undangan.
Baru kagum sebentar, mungkin sudah berfikir 'sepertinya dia jodohku'.
Tambah kagum, jadi berdoa 'Ya Allah, jadikanlah ia pasanganku'.
Muhawalah [berusaha] interaksi, lalu diladeni, jadi berfikir 'Kyaaa, jangan-jangan dia memang benar jodohku'
Lalu mencari cara bagaimana agar
perasaan di hatinya tertuang dalam kehidupan nyata. Entah bicara pada
teman perihal manusia yang dikagumi. Atau sekadar bikin status mujmal
[global atau tidak jelas dan tidak tertentu menuju ke siapa] yang
menghembuskan kekaguman. Atau yang lebih terasa 'salehah', berdoa, "Ya
Allah, jadikanlah ia jodohku. Jikalau ia bukan jodohku, maka jadikanlah
aku jodohnya."
Dan gadis yang 'baik', akan malu
sejadi-jadinya jika orang yang ia kagumi mengetahui kekagumannya
terhadapnya. Malu-malu ge'er. Ingin kabur saja, ingin jadi batu saja,
ingin ke laut saja; tapi senang karena ternyata dia tahu.
I Tell Ya
Kekaguman seseorang pada orang lain di
dunia yang tak nyata perlu dibatasi. Jangan pelihara kekaguman yang
berlebih. Jika terlihat ganteng di foto, itu tidak memastikan meski
menggambarkan wujud aslinya. Tapi, kebanyakan manusia bermanis muka dan
bergagah gaya kala difoto, sementara di kamar berasem wajah dan berculun
payah.
Atau kagum karena tulisannya bagus?
Jika kagum hanya karena tulisan [titik!], maka it's fine. Tapi jika
meneruskan penyelaman hati pada pemilik tulisan, lalu mencari-cari tahu
siapa dia, bagaimana, mengapa, kok bisa, seberapa, darimana, yang
intinya: 'masih bujang atau tidak?' Kalau dia adalah emak-emak yang
sudah punya Rambo, hal ini tak banyak memberikan dampak bagi jiwa
emak-emak. Kecuali jika ia centil kuadrat. Urusannya bisa berabe, kalau
Rambo ikut campur, Gatot Kaca pun bisa diberondong peluru. Tetapi jika
dia adalah gadis yang sedang mencari jati diri dan 'pohon jati', maka
ini dia!
Dan wanita seringkali kurang berfikir
demi menawarkan rasa. Senang sedikit, langsung terucap. Suka sedikit,
cepat berkhayal. Lalu, baru nyadar setelah beberapa masa, bahwa ucapan
dan khayalannya itu salah. Harus dibubarkan. Dari segi inilah, merupakan
salah satu sebab mengapa wanita tak layak menjadi pemimpin. Tetapi,
seorang pemimpin pun takkan kuat tanpa wanita. Di balik suami perkasa,
ada wanita di belakangnya. Di balik anak yang berjaya, ada didikan ibu
di sebaliknya.
Fikirkan lagi. Yang dikagumi belum
tentu layak dikagumi. Jangan sekarang terkagum-kagum, nanti ketika sudah
dekat dan bersatu, ternyata baru tahu bahwa pihak yang dikagumi
memiliki kekurangan yang buruk. Setelah terkagum berzaman-zaman, berubah
kemudian menjadi benci karena kurang mikir, mengedepankan rasa semata
dan kurang bersyukur.
Kenapa banyak penghuni neraka wanita? Karena kurang mikirnya.
Bagaimana itu bisa? Bisa ketika ia
mengatakan pada suaminya, "Kau tak pernah memberikan kebaikan apapun
padaku!" disebabkan rasa dan emosi semata tanpa berfikir sebelum
berkata. Dan ini banyak terjadi.
Karena itu, jaga hati dan tahan lisan, baik itu lisan bicara, atau lisan tulisan. Jodoh ada di tangan siapa, katanya?
No comments:
Post a Comment