Saturday, 6 May 2017

Hatimu Rentan, Mohonlah Kesembuhan


oleh Hasan Al-Jaizy

Hati yang empunya jahil (bodoh) tak terasuki ilmu yang sahih sangat riskan. Jangankan hati yang bodoh, bahkan jika seseorang yang berilmu tinggi pun berpotensi tercelakakan dengan penyakit maknawi yang menjalar di lubuk hati. Sesungguhnya tiap-tiap manusia mempunyai nasib, kadar, bagian, takaran dan ukuran dari ujian hati. Ketahuilah, setiap amalanmu, setan berupaya memberi andil di dalamnya.
Penting untuk tidak kau abaikan, bahwa jikalau setan tak mampu menipumu dengan kemaksiatan yang benderang, ia akan menipumu dalam ibadah yang cemerlang. Karena itu, takutlah dan semakin takutlah jika ternyata engkau adalah orang berilmu. Jika engkau mampu membaca Al-Qur'an seindah bacaan, atau memiliki kapasitas ilmu agama yang mengagumkan, atau menuai derma sedekah bergunung-gunung, atau bergerak ke medan perang, secara zahir itu semua adalah keutamaan dan karunia yang begitu besar untukmu.
 

Tetapi, ingat selalu dan selalulah ingat bahwa golongan pertama yang akan diseret ke neraka adalah pembaca Al-Qur'an, penebar ilmu kandungannya, penderma berharta dan pemerang di laga, yang mereka melakukannya tidak untuk Yang Maha Kuasa. Mereka melakukannya untuk diri mereka. Dan bertambah buruk kondisi mereka ketika di Hari Perhitungan mereka berdusta di depan Allah dengan berkata, 'Sungguh aku mengikhlaskannya di dunia untuk-Mu.' Seketika pula, Allah menyanggah, "Kau telah berdusta!" dan memerintahkan pesuruhnya dari malaikat untuk menyeret mereka menuju neraka.
Hatimu rentan, mohonlah kesembuhan. Hatimu riskan, mohonlah keteguhan.
Amalan terbaik untuk kesembuhan penyakit hati dan keteguhan lurusnya hati adalah menuntut ilmu syar'i dan membaca kalam ilahi. Ya, insya Allah, dengan Al-Qur'an kau akan mendapatkan surga untuk hati. Allah Ta'ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." [Q.S. Yunus: 57]
Al-Qur'an adalah penyembuh bagi penyakit 'kebodohan' (الجهل) dan 'penyimpangan' (الغي) yang berada di dalam dada. Ingat, 'kebodohan' dan 'penyimpangan'. Kebodohan biasa menjangkit orang yang tidak belajar dan tak berilmu. Sedangkan 'penyimpangan' biasa menjangkit orang yang belajar, tahu dan berilmu. Karena itu, orang kafir dari kaum Nasrani cenderung bodoh dan orang kafir dari kaum Yahudi cenderung menyimpang.
Sedangkan Nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, secara mutlak terbebas dari keduanya. Itu sudah Allah kabarkan kepada kita semua melalui firman-Nya:
وَٱلنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ - مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ
"Demi bintang ketika terbenam, Kawanmu (Muhammad) tidaklah SESAT dan tidak pula MENYIMPANG." (Q.S. An-Najm: 1-2)
Kebodohan adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan ilmu dan petunjuk.
Sedangkan penyimpangan adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan rusyd atau kelurusan dalam kebenaran.
Saudara-saudaraku, kini bertabur pencari ilmu agama, yang mereka mendalaminya namun mereka tertipu dengannya. Bukanlah ilmu yang menipu mereka, namun niat dan maksud mereka lah yang membuat mereka tertipu. Mari kita niatkan mencari ilmu untuk mengenyahkan kebodohan dan menyembuhkan hati darinya. Namun, ketika sudah berilmu, tetap mohonlah kepada-Nya agar senantiasa diberi jalan yang lurus, bukan jalan orang-orang yang mencari pembenaran ketika dia tahu jalannya salah, bukan pula jalan orang-orang yang hendak menuntaskan hawa nafsu dengan ilmu yang ia miliki.
Sungguh, hati kita begitu rentan. Jikalau kita sudah merasa aman, maka itulah sebuah kehinaan.

Menjaga Kuburan Keramat


oleh Hasan Al-Jaizy

Para gadis yang disebut akhwat itu, selama berselancar di situs ini, setidaknya menjaga diri agar jangan sampai kekagumannya terhadap seorang lawan jenis terendus, tercium dan tersebar begitu saja di tengah warga. Simpan baik-baik jika memang punya rasa. Jangan menabur cerita. Bahkan kisi-kisinya pun tidak perlu diwarta. Simpan saja. 


Karena meskipun tidak semua, tetapi banyak gadis [baik disebut akhwat, ikhwit, ikhwan atau gaswat] yang sudah mencapai usia 22 ke atas, apalagi menjelang 30 dan belum menemukan teman bobo, rentan pada fikiran-fikiran ke penyebaran undangan. 

Baru kagum sebentar, mungkin sudah berfikir 'sepertinya dia jodohku'. 
Tambah kagum, jadi berdoa 'Ya Allah, jadikanlah ia pasanganku'.
Muhawalah [berusaha] interaksi, lalu diladeni, jadi berfikir 'Kyaaa, jangan-jangan dia memang benar jodohku'
Lalu mencari cara bagaimana agar perasaan di hatinya tertuang dalam kehidupan nyata. Entah bicara pada teman perihal manusia yang dikagumi. Atau sekadar bikin status mujmal [global atau tidak jelas dan tidak tertentu menuju ke siapa] yang menghembuskan kekaguman. Atau yang lebih terasa 'salehah', berdoa, "Ya Allah, jadikanlah ia jodohku. Jikalau ia bukan jodohku, maka jadikanlah aku jodohnya."
Dan gadis yang 'baik', akan malu sejadi-jadinya jika orang yang ia kagumi mengetahui kekagumannya terhadapnya. Malu-malu ge'er. Ingin kabur saja, ingin jadi batu saja, ingin ke laut saja; tapi senang karena ternyata dia tahu. 
I Tell Ya 
Kekaguman seseorang pada orang lain di dunia yang tak nyata perlu dibatasi. Jangan pelihara kekaguman yang berlebih. Jika terlihat ganteng di foto, itu tidak memastikan meski menggambarkan wujud aslinya. Tapi, kebanyakan manusia bermanis muka dan bergagah gaya kala difoto, sementara di kamar berasem wajah dan berculun payah. 
Atau kagum karena tulisannya bagus? Jika kagum hanya karena tulisan [titik!], maka it's fine. Tapi jika meneruskan penyelaman hati pada pemilik tulisan, lalu mencari-cari tahu siapa dia, bagaimana, mengapa, kok bisa, seberapa, darimana, yang intinya: 'masih bujang atau tidak?' Kalau dia adalah emak-emak yang sudah punya Rambo, hal ini tak banyak memberikan dampak bagi jiwa emak-emak. Kecuali jika ia centil kuadrat. Urusannya bisa berabe, kalau Rambo ikut campur, Gatot Kaca pun bisa diberondong peluru. Tetapi jika dia adalah gadis yang sedang mencari jati diri dan 'pohon jati', maka ini dia!
Dan wanita seringkali kurang berfikir demi menawarkan rasa. Senang sedikit, langsung terucap. Suka sedikit, cepat berkhayal. Lalu, baru nyadar setelah beberapa masa, bahwa ucapan dan khayalannya itu salah. Harus dibubarkan. Dari segi inilah, merupakan salah satu sebab mengapa wanita tak layak menjadi pemimpin. Tetapi, seorang pemimpin pun takkan kuat tanpa wanita. Di balik suami perkasa, ada wanita di belakangnya. Di balik anak yang berjaya, ada didikan ibu di sebaliknya. 
Fikirkan lagi. Yang dikagumi belum tentu layak dikagumi. Jangan sekarang terkagum-kagum, nanti ketika sudah dekat dan bersatu, ternyata baru tahu bahwa pihak yang dikagumi memiliki kekurangan yang buruk. Setelah terkagum berzaman-zaman, berubah kemudian menjadi benci karena kurang mikir, mengedepankan rasa semata dan kurang bersyukur.
Kenapa banyak penghuni neraka wanita? Karena kurang mikirnya. 
Bagaimana itu bisa? Bisa ketika ia mengatakan pada suaminya, "Kau tak pernah memberikan kebaikan apapun padaku!" disebabkan rasa dan emosi semata tanpa berfikir sebelum berkata. Dan ini banyak terjadi.
Karena itu, jaga hati dan tahan lisan, baik itu lisan bicara, atau lisan tulisan. Jodoh ada di tangan siapa, katanya?

Ilmu



Hati manusia itu sangat lemah. Aku takut sekali tergelincir dan terjatuh. Oleh karena itu, aku sangat menginginkan ilmu, sangat membutuhkan ilmu, ilmu syar’i, ilmu yang insyaallah akan menjadi alarm dalam diriku apabila aku mulai berjalan tak karuan. Ilmu yang akan menjadi petunjuk jalan menuju-Nya, ilmu yang akan membuat kita semakin dekat dengan-Nya, al-Quran dan Hadits.
 
Ilmu syar’i banyak cabangnya, aku sangat sadar tidak mungkin aku dapat menguasai semuanya secara mendalam, maka dari itu aku memilih mendalami ilmu bahasa arab terlebih dahulu. Aku bahagia sekali ketika aku dapat memahami ayat-ayat al-Qur’an yang ku dengar tanpa melihat terjemah apalagi kalau tahu tafsirnya, apalagi kalau dihayati dengan pengetahuan akan tanda-tanda kebesaran-Nya, rasanya hati ini ingin hancur berkeping-keping, tak kuasa menanggung beban rasa.

Aku ingin terus belajar, aku ingin terus mengajar agar aku terus belajar. Aku ingin menghilangkan kebodohan dalam diriku, aku ingin melakukan atau tidak melakukan sesuatu atas dasar ilmu. Aku sadari, semakin aku tahu tentang-Mu rasanya ......

Aku ingin terus dekat dengan-Mu

Menghibur Diri



Malam ini, 21:05 WIB, sepertinya aku perlu sedikit memindahkan muatan pikiran melalui tulisan ini. Di perjalanan hari ini, aku merasa sangat takut, aku terbayang diriku yang tertinggal, tertinggal dari barisan ‘teman-teman terbaik’, aku takut tidak dapat bersama mereka. Padahal aku sangat menginginkannya, bersama mereka di surga tertinggi. Nyatanya, ku lihat amalanku penuh kecacatan, tak sempurna. Maka akupun menghibur diriku dengan air mata.
 
Di facebook dan ig hari ini, ku lihat status mereka, status yang dapat mempengaruhi hatiku, status yang mengingatkan akan lalainya diriku, membuat aku ingin agar mereka hadir dalam dunia nyataku, disisiku, bersama dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Nyatanya tidak bisa, bahkan mereka yang telah hadirpun satu persatu akan pergi meninggalkanku sendiri lagi. Maka akupun hanya menghibur diriku dengan air mata.

Semoga Allah mengganti apa yang hilang dariku dengan yang lebih baik.

Friday, 5 May 2017

Kuatkan Mentalmu



Melatih mental untuk kuat bukanlah hal mudah. Banyak hal pahit yang harus kau tanggung untuk menguatkan mentalmu. Bersahabatlah dengan rasa pahit. Jangan hanya menyiapkan diri untuk kebahagiaan, namun juga selalu siapkan mental yang kuat untuk hal yang tidak menyenangkan.

Aku Akan Lebih Memperhatikannya



Mulai saat ini aku akan berusaha untuk lebih memperhatikannya, adik-adik kecilku, para bocil yang ga suka dipanggil bocil. Maksudku memperhatikan disini adalah memperhatikan kondisi hatinya.
 
Semalam aku berbicara padanya, si bontot, iseng-iseng nanya-nanya keadaan dia di sekolah. Dia tak terlihat murung, tetapi ternyata dia sedang menghadapi masalah dengan temannya. Adikku di bully, dipandang dengan wajah sinis, disindir dan lain-lain. Di lain kesempatan orang yang menghinanya itu minta tolong bantuan adikku untuk membagi dua karton milik adikku, awalnya adikku keberatan namun akhirnya ia membagi kartonnya itu kepada temannya, namun tetap saja masalah ini belum selesai. 

Adikku masih merasa kesal, ia memendam rasa kesalnya. Aku jadi kasihan. Aku sendiri sering keras padanya. Aku jadi merasa sedih, ia menghindari sekolah disini disitu, maunya kesini kesitu karena temannya, sampai akhirnya aku menjanjikan sesuatu untuknya jika ia mau mengikuti saranku dan kita telah sepakat atas perjanjian itu.

Aku tidak mau adik-adikku mencari kasih sayang di luar rumah. Semoga aku –atas izin Allah- dapat membimbingnya pada kebaikan.

Dari seseorang yang mencintainya karena Allah