Tuesday, 30 May 2017
Saturday, 6 May 2017
Hatimu Rentan, Mohonlah Kesembuhan
Hati yang empunya jahil (bodoh)
tak terasuki ilmu yang sahih sangat riskan. Jangankan hati yang bodoh, bahkan
jika seseorang yang berilmu tinggi pun berpotensi tercelakakan dengan penyakit
maknawi yang menjalar di lubuk hati. Sesungguhnya tiap-tiap manusia mempunyai
nasib, kadar, bagian, takaran dan ukuran dari ujian hati. Ketahuilah, setiap
amalanmu, setan berupaya memberi andil di dalamnya.
Penting untuk tidak kau abaikan,
bahwa jikalau setan tak mampu menipumu dengan kemaksiatan yang benderang, ia
akan menipumu dalam ibadah yang cemerlang. Karena itu, takutlah dan semakin
takutlah jika ternyata engkau adalah orang berilmu. Jika engkau mampu membaca
Al-Qur'an seindah bacaan, atau memiliki kapasitas ilmu agama yang mengagumkan,
atau menuai derma sedekah bergunung-gunung, atau bergerak ke medan perang,
secara zahir itu semua adalah keutamaan dan karunia yang begitu besar untukmu.
Tetapi, ingat selalu dan
selalulah ingat bahwa golongan pertama yang akan diseret ke neraka adalah
pembaca Al-Qur'an, penebar ilmu kandungannya, penderma berharta dan pemerang di
laga, yang mereka melakukannya tidak untuk Yang Maha Kuasa. Mereka melakukannya
untuk diri mereka. Dan bertambah buruk kondisi mereka ketika di Hari
Perhitungan mereka berdusta di depan Allah dengan berkata, 'Sungguh aku
mengikhlaskannya di dunia untuk-Mu.' Seketika pula, Allah menyanggah, "Kau
telah berdusta!" dan memerintahkan pesuruhnya dari malaikat untuk menyeret
mereka menuju neraka.
Hatimu rentan, mohonlah
kesembuhan. Hatimu riskan, mohonlah keteguhan.
Amalan terbaik untuk kesembuhan
penyakit hati dan keteguhan lurusnya hati adalah menuntut ilmu syar'i dan
membaca kalam ilahi. Ya, insya Allah, dengan Al-Qur'an kau akan mendapatkan
surga untuk hati. Allah Ta'ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم
مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ
لِّلْمُؤْمِنِينَ
"Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman." [Q.S. Yunus: 57]
Al-Qur'an adalah penyembuh bagi
penyakit 'kebodohan' (الجهل) dan 'penyimpangan' (الغي)
yang berada di dalam dada. Ingat, 'kebodohan' dan 'penyimpangan'. Kebodohan
biasa menjangkit orang yang tidak belajar dan tak berilmu. Sedangkan
'penyimpangan' biasa menjangkit orang yang belajar, tahu dan berilmu. Karena
itu, orang kafir dari kaum Nasrani cenderung bodoh dan orang kafir dari kaum
Yahudi cenderung menyimpang.
Sedangkan Nabi kita, Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam, secara mutlak terbebas dari keduanya. Itu sudah
Allah kabarkan kepada kita semua melalui firman-Nya:
وَٱلنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ - مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ
وَمَا غَوَىٰ
"Demi bintang ketika
terbenam, Kawanmu (Muhammad) tidaklah SESAT dan tidak pula MENYIMPANG."
(Q.S. An-Najm: 1-2)
Kebodohan adalah penyakit yang
bisa disembuhkan dengan ilmu dan petunjuk.
Sedangkan penyimpangan adalah
penyakit yang bisa disembuhkan dengan rusyd atau kelurusan dalam kebenaran.
Saudara-saudaraku, kini bertabur
pencari ilmu agama, yang mereka mendalaminya namun mereka tertipu dengannya.
Bukanlah ilmu yang menipu mereka, namun niat dan maksud mereka lah yang membuat
mereka tertipu. Mari kita niatkan mencari ilmu untuk mengenyahkan kebodohan dan
menyembuhkan hati darinya. Namun, ketika sudah berilmu, tetap mohonlah
kepada-Nya agar senantiasa diberi jalan yang lurus, bukan jalan orang-orang
yang mencari pembenaran ketika dia tahu jalannya salah, bukan pula jalan
orang-orang yang hendak menuntaskan hawa nafsu dengan ilmu yang ia miliki.
Menjaga Kuburan Keramat
oleh Hasan Al-Jaizy
Para
gadis yang disebut akhwat itu, selama berselancar di situs ini,
setidaknya menjaga diri agar jangan sampai kekagumannya terhadap seorang
lawan jenis terendus, tercium dan tersebar begitu saja di tengah warga.
Simpan baik-baik jika memang punya rasa. Jangan menabur cerita. Bahkan
kisi-kisinya pun tidak perlu diwarta. Simpan saja.
Karena meskipun tidak semua, tetapi banyak
gadis [baik disebut akhwat, ikhwit, ikhwan atau gaswat] yang sudah
mencapai usia 22 ke atas, apalagi menjelang 30 dan belum menemukan teman
bobo, rentan pada fikiran-fikiran ke penyebaran undangan.
Baru kagum sebentar, mungkin sudah berfikir 'sepertinya dia jodohku'.
Tambah kagum, jadi berdoa 'Ya Allah, jadikanlah ia pasanganku'.
Muhawalah [berusaha] interaksi, lalu diladeni, jadi berfikir 'Kyaaa, jangan-jangan dia memang benar jodohku'
Lalu mencari cara bagaimana agar
perasaan di hatinya tertuang dalam kehidupan nyata. Entah bicara pada
teman perihal manusia yang dikagumi. Atau sekadar bikin status mujmal
[global atau tidak jelas dan tidak tertentu menuju ke siapa] yang
menghembuskan kekaguman. Atau yang lebih terasa 'salehah', berdoa, "Ya
Allah, jadikanlah ia jodohku. Jikalau ia bukan jodohku, maka jadikanlah
aku jodohnya."
Dan gadis yang 'baik', akan malu
sejadi-jadinya jika orang yang ia kagumi mengetahui kekagumannya
terhadapnya. Malu-malu ge'er. Ingin kabur saja, ingin jadi batu saja,
ingin ke laut saja; tapi senang karena ternyata dia tahu.
I Tell Ya
Kekaguman seseorang pada orang lain di
dunia yang tak nyata perlu dibatasi. Jangan pelihara kekaguman yang
berlebih. Jika terlihat ganteng di foto, itu tidak memastikan meski
menggambarkan wujud aslinya. Tapi, kebanyakan manusia bermanis muka dan
bergagah gaya kala difoto, sementara di kamar berasem wajah dan berculun
payah.
Atau kagum karena tulisannya bagus?
Jika kagum hanya karena tulisan [titik!], maka it's fine. Tapi jika
meneruskan penyelaman hati pada pemilik tulisan, lalu mencari-cari tahu
siapa dia, bagaimana, mengapa, kok bisa, seberapa, darimana, yang
intinya: 'masih bujang atau tidak?' Kalau dia adalah emak-emak yang
sudah punya Rambo, hal ini tak banyak memberikan dampak bagi jiwa
emak-emak. Kecuali jika ia centil kuadrat. Urusannya bisa berabe, kalau
Rambo ikut campur, Gatot Kaca pun bisa diberondong peluru. Tetapi jika
dia adalah gadis yang sedang mencari jati diri dan 'pohon jati', maka
ini dia!
Dan wanita seringkali kurang berfikir
demi menawarkan rasa. Senang sedikit, langsung terucap. Suka sedikit,
cepat berkhayal. Lalu, baru nyadar setelah beberapa masa, bahwa ucapan
dan khayalannya itu salah. Harus dibubarkan. Dari segi inilah, merupakan
salah satu sebab mengapa wanita tak layak menjadi pemimpin. Tetapi,
seorang pemimpin pun takkan kuat tanpa wanita. Di balik suami perkasa,
ada wanita di belakangnya. Di balik anak yang berjaya, ada didikan ibu
di sebaliknya.
Fikirkan lagi. Yang dikagumi belum
tentu layak dikagumi. Jangan sekarang terkagum-kagum, nanti ketika sudah
dekat dan bersatu, ternyata baru tahu bahwa pihak yang dikagumi
memiliki kekurangan yang buruk. Setelah terkagum berzaman-zaman, berubah
kemudian menjadi benci karena kurang mikir, mengedepankan rasa semata
dan kurang bersyukur.
Kenapa banyak penghuni neraka wanita? Karena kurang mikirnya.
Bagaimana itu bisa? Bisa ketika ia
mengatakan pada suaminya, "Kau tak pernah memberikan kebaikan apapun
padaku!" disebabkan rasa dan emosi semata tanpa berfikir sebelum
berkata. Dan ini banyak terjadi.
Karena itu, jaga hati dan tahan lisan, baik itu lisan bicara, atau lisan tulisan. Jodoh ada di tangan siapa, katanya?
Ilmu
Hati manusia itu sangat lemah. Aku takut sekali
tergelincir dan terjatuh. Oleh karena itu, aku sangat menginginkan ilmu, sangat
membutuhkan ilmu, ilmu syar’i, ilmu yang insyaallah akan menjadi alarm dalam
diriku apabila aku mulai berjalan tak karuan. Ilmu yang akan menjadi petunjuk
jalan menuju-Nya, ilmu yang akan membuat kita semakin dekat dengan-Nya, al-Quran
dan Hadits.
Ilmu syar’i banyak cabangnya, aku sangat sadar tidak
mungkin aku dapat menguasai semuanya secara mendalam, maka dari itu aku memilih
mendalami ilmu bahasa arab terlebih dahulu. Aku bahagia sekali ketika aku dapat
memahami ayat-ayat al-Qur’an yang ku dengar tanpa melihat terjemah apalagi
kalau tahu tafsirnya, apalagi kalau dihayati dengan pengetahuan akan
tanda-tanda kebesaran-Nya, rasanya hati ini ingin hancur berkeping-keping, tak
kuasa menanggung beban rasa.
Aku ingin terus belajar, aku ingin terus mengajar agar
aku terus belajar. Aku ingin menghilangkan kebodohan dalam diriku, aku ingin
melakukan atau tidak melakukan sesuatu atas dasar ilmu. Aku sadari, semakin aku
tahu tentang-Mu rasanya ......
Aku ingin terus dekat dengan-Mu
Menghibur Diri
Malam ini, 21:05 WIB, sepertinya aku perlu sedikit
memindahkan muatan pikiran melalui tulisan ini. Di perjalanan hari ini, aku
merasa sangat takut, aku terbayang diriku yang tertinggal, tertinggal dari
barisan ‘teman-teman terbaik’, aku takut tidak dapat bersama mereka. Padahal
aku sangat menginginkannya, bersama mereka di surga tertinggi. Nyatanya, ku
lihat amalanku penuh kecacatan, tak sempurna. Maka akupun menghibur diriku
dengan air mata.
Di facebook dan ig hari ini, ku lihat status mereka,
status yang dapat mempengaruhi hatiku, status yang mengingatkan akan lalainya
diriku, membuat aku ingin agar mereka hadir dalam dunia nyataku, disisiku,
bersama dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Nyatanya tidak bisa, bahkan mereka
yang telah hadirpun satu persatu akan pergi meninggalkanku sendiri lagi. Maka
akupun hanya menghibur diriku dengan air mata.
Semoga Allah mengganti apa yang hilang dariku dengan yang
lebih baik.
Friday, 5 May 2017
Kuatkan Mentalmu
Melatih mental untuk kuat bukanlah hal mudah. Banyak hal
pahit yang harus kau tanggung untuk menguatkan mentalmu. Bersahabatlah dengan
rasa pahit. Jangan hanya menyiapkan diri untuk kebahagiaan, namun juga selalu
siapkan mental yang kuat untuk hal yang tidak menyenangkan.
Aku Akan Lebih Memperhatikannya
Mulai saat ini aku akan berusaha untuk lebih
memperhatikannya, adik-adik kecilku, para bocil yang ga suka dipanggil bocil.
Maksudku memperhatikan disini adalah memperhatikan kondisi hatinya.
Semalam aku berbicara padanya, si bontot, iseng-iseng
nanya-nanya keadaan dia di sekolah. Dia tak terlihat murung, tetapi ternyata
dia sedang menghadapi masalah dengan temannya. Adikku di bully, dipandang
dengan wajah sinis, disindir dan lain-lain. Di lain kesempatan orang yang
menghinanya itu minta tolong bantuan adikku untuk membagi dua karton milik
adikku, awalnya adikku keberatan namun akhirnya ia membagi kartonnya itu kepada
temannya, namun tetap saja masalah ini belum selesai.
Adikku masih merasa kesal, ia memendam rasa kesalnya. Aku
jadi kasihan. Aku sendiri sering keras padanya. Aku jadi merasa sedih, ia
menghindari sekolah disini disitu, maunya kesini kesitu karena temannya, sampai
akhirnya aku menjanjikan sesuatu untuknya jika ia mau mengikuti saranku dan
kita telah sepakat atas perjanjian itu.
Aku tidak mau adik-adikku mencari kasih sayang di luar
rumah. Semoga aku –atas izin Allah- dapat membimbingnya pada kebaikan.
Dari seseorang yang mencintainya karena Allah
Subscribe to:
Posts (Atom)