Friday, 30 December 2016

Bait-bait Qalbu



Ya Allah. . .
Teguhkanlah kekuatanku dengan adanya dia
Dan jadikanlah dia teman dalam urusanku
Agar kami banyak bertasbih kepada-Mu
Dan banyak mengingat-Mu
Sesungguhnya Engkau Maha Melihat keadaan kami

Saturday, 5 November 2016

Kesan Mengajar di Pondok



Dahulu, aku pernah memposting terkait keinginanku untuk mengajar di Pondok, namun entah mengapa aku merasa ragu dan akhirnya membatalkan rencana itu hingga akhirnya aku menghapus postingan itu. Qadarullah, di akhir masa kuliah jadwal sidangku berbarengan dengan tes masuk suatu ma’had yang disana aku ingin belajar bahasa arab. Akhirnya, aku memikirkan kembali apa yang akan aku lakukan setelah lulus ini.
 
Aku tahu, kedua orang tuaku ingin agar aku menjadi guru, Alhamdulillah keduanya tidak memintaku untuk menjadi PNS. 

Menjelang sidang, datang tawaran mengajar di SMP dekat rumah, aku menginginkan itu, namun di masa itu aku sedang sangat fokus menyelesaikan skripsi, hingga akhirnya aku tidak menerima tawaran tersebut.  Kira-kira seminggu kemudian, datang kepadaku kabar untuk menjadi pengajar di suatu pondok, Pesantren Islam Internasional Al-Andalus, aku mencobanya, hingga akhirnya kini aku menjadi salah satu pengajar disana.

Alhamdulillah, aku diperbolehkan ikut belajar bahasa arab di kelas I’dad Lughawiy, sambil mengajar sambil belajar. Bersama pena hingga ke liang lahat.

Aku jadi ingat, tentang keinginan di masa kecilku, keinginan untuk merasakan kehidupan pondok, Alhamdulillah kini aku telah merasakannya. Ada rasa senangnya dan rasa sulitnya, itu wajar. Namun, mungkin bagiku, jika dibandingkan saat aku mengajar di luar pondok dengan di dalam pondok, aku lebih senang mengajar di dalam pondok, Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimusshalihaat.


Di suatu desa tempatku dibesarkan
Meruyung, 06 Nopember 2016

Saturday, 20 August 2016

[Ceritakan Pada Allah Meski Kau Tak Mampu Berkata-kata]

[ditulis oleh: Ustadz Hasan Al-Jaizy]

Jika kamu sedang sedih, apapun sebabnya, tentu tak ingin kamu simpan sendiri. Orang yang paling kamu cari adalah yang paling dekat denganmu. Kenapa? Karena yang terdekat adalah yang terfaham terhadap dirimu. Kamu berharap ia memberimu udzur atas kesedihanmu. Orang asing tak memahami. Tapi apa kamu yakin, bahwa orang terdekatmu itu selalu faham 100% maksudmu?

Ternyata tidak selalu.

Begitulah manusia. Iya, begitulah manusia. Tidak semua hal terfahami oleh manusia. Kadang hal mudah sulit difahami. Kadang hal sulit mudah difahami.

Jika kamu tahu bahwa manusia begitu, maka ke mana kamu pergi? Kepada Allah al-Aliim al-Khabiir kamu kembali. Kembalikan pada-Nya. Ceritakan itu pada Allah. Jika itu karena salahmu, akuilah itu salahmu. Jikapun kamu tak mau mengaku, kamu tahu Allah tahu segala detail salahmu. Tiada lagi celah menghindar. Jika itu bukan salahmu, maka ceritakan pada Allah.

Bahkan, ceritakan pada Allah meski kamu tak punya lagi kata yang tersisa...
Mungkin karena terlalu sedih atau memalukan...
Mungkin karena memang kamu tak pandai merangkai kata...

Kekasihmu kadang kecewa kamu tak pandai merangkai kata, tetapi Allah Ta'ala senang dengan taubat hamba-Nya; padahal yang dilakukan hamba bukan cerita, bukan berkisah, bukan bertutur kata, melainkan menangis menangis menangis semata. Melainkan menumpahkan kejujuran kata lewat air mata. Tumpah semua. Di depan Rabbnya bersimpuh. Mengakui itu semua.

Ceritakan pada Allah meski yang bisa kamu berikan hanyalah air mata.
Kadang, tetesan air mata lebih punya makna dibandingkan sekadar kata.

Allah Maha Tahu...jumlatan wa tafshila, global dan terperinci, segala proposalmu. Dia Maha Tahu bait-bait di qalbumu. Kamu ingin apa, Dia Tahu. Kamu benci apa, Dia Tahu. Kamu bersungguh atau berpura-pura, Dia Tahu. Tapi Dia ingin agar kamu bersegera mengangkat tangan berhadapan dengan wajah bernodamu itu. Dia ingin kamu menulis proposal permohonan pada-Nya melalui lisan maupun tangisan. Dia ingin kamu membuktikan cintamu pada-Nya setelah Dia selalu membuktikan bahwa Dia selalu peduli padamu. Dia selalu memperhatikanmu. Dia menyembuhkanmu saat sakitmu. Dia memberikan pelangimu kembali setelah hujanmu.

Jika kamu jujur, dan tak satu pun makhluk mempercayaimu, maka al-Khaliq tahu kejujuranmu. Jikapun Allah al-Qahhar sudah memutuskan keindahan masa depan untukmu kelak, maka tak satu pun bisa atau bermandat menghalangi keputusannya, meskipun seluruh makhluk bersepakat menghalangi.

Karena sebenarnya cinta-Nya yang harus kamu kejar, bukan cinta selain-Nya. Maka katakan cintamu pada-Nya jika memang jujur, dan takutlah jika kamu bohong. Makhluk bisa saling membohongi satu sama lain. Namun makhluk tak bisa membohongi Khaliqnya. Barangsiapa berbohong kepada-Nya, ia sedang membohongi dirinya sendiri.

Ceritakan pada Allah meski baru bisa setitik air mata...

Sunday, 12 June 2016

Antara Ilmu dan Amal



Ummu ad-Darda’ berkata kepada seorang laki-laki,

“Apakah engkau mengamalkan ilmu yang telah engkau ketahui?”

Dia menjawab, “Tidak”

Ummu ad-Darda’ berujar, “lalu mengapa engkau justru memperbanyak hal yang akan menjadi bukti (hujjah) yang memberatkanmu (kelak)?”

Shaidul Khathir, 19
Semoga Allah memberikan kita hidayah taufik untuk mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.

Saturday, 14 May 2016

Pengalaman Ujian Praktek Pembuatan SIM (Minggu Kempat dan Kelima)



Teman-teman, cerita minggu keempat dan kelima ini aku gabung ya, menghemat waktu, he.
 
Jadi, karena hari selasa pagi aku mau bimbingan dulu, jadi baru sampai Polres Depok dari Rawamangun sekitar jam 2 siang. Alhamdulillah ‘ala kulli haal, jam segitu kantor ternyata sudah tutup, maka dari itu tes praktek di pindahkan di hari kamis.

Hari kamispun tiba, sekitar jam 10 aku sudah di Polres Depok, yang tes hanya berdua       , aku dan seorang anak muda, dia yang mulai duluan, bagus mengendalikan gasnya, sayangnya baru dua putaran dia sudah melewati garis finish, gagal. Mungkin dia salah hitung.

Tiba giliranku, Alhamdulillah tidak terlalu ramai kerumunan polisi, namun tetap saja ada penonton setia, calon polisi, hm. Jadi minggu ini aku gagal di puteran angka 8 yang kedua, 1 puteran lagi untuk melewati garis finish, Qadarullah wa masyaa a fa’ala mesin motornya mati, gagal.

Minggu kelima, udah males-malesan datang, tapi ya tetap di jalani. Jam 10 sampai di Polres, namun baru mulai tes sekitar jam 11 lewat. Tes dimulai, diputeran kedua udah terasa jok motor makin terasa panas, panasnya nyakitin, rasanya kaya dibakar, udah ga fokus lagi, ga nyaman duduknya, mendekati garis finish udah hampir hilang kesadaran #eh berlebihan, maksudnya udah pasrah, biarin aja deh nabrak apa ya namanya, yang oren-oren kerucut gitu.

Alhamdulillah, kenyataan kali ini lebih indah, aku tidak menabrak atau menjatuhkan kerucut oren itu, hanya rasanya melindas, he. 

Bapak instruktur tidak langsung memutuskan aku lulus atau tidak, hanya berkata tunggu di ruang TV, aku jadi merasa digantung, tapi aku tidak bisa tahan di ruang TV (bisa ditebak alasannya), aku pergi ke ruang pendaftaran, dekat ruang ujian teori.

Mematung dekat jendela menunggu keputusan, tiba-tiba suara Pak Instruktur terdengar memanggil namaku, “Nur Fadilah”

Aku mendekat, “kamu ngapain masih disini?” tanya bapaknya

“jadi, saya lulus ga pak?” tanyaku

“kamu masih mau ngulang minggu depan?” tanya bapaknya lagi

“gak lah pak, saya bosen” jawabku

“ya udah, terus ngapain masih disini?” tanya bapaknya

“jadi, saya lulus pak?” tanyaku untuk memastikan

“Iyaa” jawab bapaknya

“Alhamdulillah, makasih pak, pak (untuk instruktur kedua) makasih”

Di ruang TV, aku menunggu namaku dipanggil untuk menerima SIM.

Saat menerimanya, aku merasa lega akhirnya kemondar-mandiran ini berakhir.

Dari pengalaman ini aku belajar banyak hal, tentang keberanian mengambil keputusan agar mendapatkan SIM dengan jujur dan mempertahankannya (tidak menyogok) walau di dalamnya menuntut banyak kesabaran dan keikhlasan, tentang kemandirian menghadapi ini sendiri (maksudnya mondar-mandir sendiri) namun Alhamdulillah dari sini aku jadi belajar dan terbiasa mengadukan semua luka hati pada-Nya :’)

Terima kasih kepada teman-teman yang selalu mendukung dan mendo'akan :)

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Hamba yang selalu mengharapkan ampunan-Nya

Semarang, 12 Mei 2016,
05 Sya’ban 1437

Antara Ilmu dan Amal


Ummu ad-Darda’ berkata kepada seorang laki-laki,
“Apakah engkau mengamalkan ilmu yang telah engkau ketahui?”

Dia menjawab, “Tidak”

Ummu ad-Darda’ berujar, “lalu mengapa engkau justru memperbanyak hal yang akan menjadi bukti (hujjah) yang memberatkanmu (kelak)?”

Shaidul Khathir, 19

Semoga Allah memberikan kita hidayah taufik untuk mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.