Saturday, 5 November 2016

Kesan Mengajar di Pondok



Dahulu, aku pernah memposting terkait keinginanku untuk mengajar di Pondok, namun entah mengapa aku merasa ragu dan akhirnya membatalkan rencana itu hingga akhirnya aku menghapus postingan itu. Qadarullah, di akhir masa kuliah jadwal sidangku berbarengan dengan tes masuk suatu ma’had yang disana aku ingin belajar bahasa arab. Akhirnya, aku memikirkan kembali apa yang akan aku lakukan setelah lulus ini.
 
Aku tahu, kedua orang tuaku ingin agar aku menjadi guru, Alhamdulillah keduanya tidak memintaku untuk menjadi PNS. 

Menjelang sidang, datang tawaran mengajar di SMP dekat rumah, aku menginginkan itu, namun di masa itu aku sedang sangat fokus menyelesaikan skripsi, hingga akhirnya aku tidak menerima tawaran tersebut.  Kira-kira seminggu kemudian, datang kepadaku kabar untuk menjadi pengajar di suatu pondok, Pesantren Islam Internasional Al-Andalus, aku mencobanya, hingga akhirnya kini aku menjadi salah satu pengajar disana.

Alhamdulillah, aku diperbolehkan ikut belajar bahasa arab di kelas I’dad Lughawiy, sambil mengajar sambil belajar. Bersama pena hingga ke liang lahat.

Aku jadi ingat, tentang keinginan di masa kecilku, keinginan untuk merasakan kehidupan pondok, Alhamdulillah kini aku telah merasakannya. Ada rasa senangnya dan rasa sulitnya, itu wajar. Namun, mungkin bagiku, jika dibandingkan saat aku mengajar di luar pondok dengan di dalam pondok, aku lebih senang mengajar di dalam pondok, Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimusshalihaat.


Di suatu desa tempatku dibesarkan
Meruyung, 06 Nopember 2016

No comments:

Post a Comment