Sunday, 26 July 2015

Membiasakan diri untuk tidak telat


Bukankah menunggu itu adalah aktivitas yang sangat tidak menyenangkan?
Apakah engkau termasuk yang sering ditunggu?
Bagiku, menunggu itu sangat tidak menyenangkan
Berusahalah untuk tidak menjadikan diri orang yang selalu ditunggu

Hmm, sebenarnya aku merasa miris dengan kebiasaan telat ini
Bukankah suka telat adalah kebiasaan buruk ?
Seorang ustadz pernah menulis status :
“Really.. telatan bukan standar orang teladan”

Yuk, kita biasakan diri untuk tidak telat
Berusaha untuk tidak telat masuk sekolah, kuliah, ngaji
Serta datang tepat waktu saat janjian dengan orang lain

Ku perhatikan...
Ada orang yang telat karena memang bermudah-mudahan
Namun ada juga yang telat karena ada hal tak terduga yang diluar batasannya
Apapun yang akan terjadi, jangan sengaja untuk telat

Life is choice…
Engkau ingin menjadi orang biasa atau luar biasa
Itu pilihanmu, silakan tentukan jalan hidupmu

Saturday, 25 July 2015

Pandangan Mereka


Sejujurnya, aku ingin tidak peduli terkait pandangan orang lain terhadap wanita bercadar, namun sayangnya banyak dari pandangan mereka baik pandangan matanya maupun ‘pandangan’ hatinya membuat banyak luka di hati wanita bercadar.

Aku berharap tulisan sederhana ini dapat membuka pandangan mereka bahwa tidak semua wanita bercadar itu seburuk pandangan mereka, tidak semua.

Beberapa pandangan mereka:
      1. Wanita bercadar itu beraliran sesat.
Coba kita fikirkan baik-baik.
Benarkah demikian? Darimana engkau tahu? Dari orang lain? atau dari media? Atau memang mempunyai kenalan wanita bercadar?
Apakah engkau termasuk orang yang langsung percaya dengan ucapan ‘katanya’?
Apakah engkau termasuk orang yang mudah percaya semua pemberitaan media?
(cobalah kenali diri sendiri)

Bagaimana jika ternyata wanita yang bercadar itu adalah seseorang yang senantiasa dekat dengan kalam Rabbnya? Bagaimana jika ternyata wanita bercadar adalah orang yang senantiasa mempelajari sunnah nabi lalu mengamalkannya?
Lalu, bagaimana dengan dirimu sendiri? Apakah engkau termasuk orang yang senantiasa memperhatikan al-Qur’an dan sunnah? Jika iya seberapa sering? Seberapa banyak pengamalannya?

Bukankah ini tidak adil? Menyalahkan keputusan wanita untuk bercadar dan merasa seakan diri sendiri yang benar. Alangkah baiknya kita sama-sama mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah dan memberikan perhatian untuk mengetahui sejarah hidup para salaf.

      2. Wanita bercadar tidak mau bersosialisasi
Hmm, mungkin bukan tidak mau bersosialisasi, aku yakin tujuan wanita bercadar adalah kebahagian akhirat, maka dari itu mereka tidak mau main-main saja di dunia, main-main saja bisa berarti ngobrol-ngobrol tidak bermanfaat, ngegosip, dll. Kalau rumah mereka selalu tertutup itu wajar saja. Di rumah, mereka pasti tidak pakai cadar maka yang jadi ‘cadar’ adalah tirai jendelanya.

3. Isteri Teroris
      Benarkah? mungkin karena engkau belum pernah bertemu yang benar ^^

Sepertinya memang tidak mudah membuka pandangan orang lain, namun jika wanita bercadar itu benar-benar mengindahkan akhlaknya, aku yakin akan banyak hati yang akan menyadarinya. Maka dari itu, sebaiknya wanita yang bercadar itu tidak hanya puas karena berhasil bercadar, namun juga harus senantiasa meningkatkan keindahan akhlak.

Mari senantiasa memperbaiki diri karena Allah ^^

Depok, Syawal 1436

Atas Kehendak Allah


Pindah ke kanan ga ya? batinku ragu
(Dalam kecepatan sekitar 60 km/jam, bersama ibu menuju gedung wisuda)

Ruas kanan lebih kosong namun terpisah pembatas jalan, terlihat celah, aku ragu untuk tetap lurus atau pindah kekanan, tiba-tiba saja tanpa terasa aku berbelok ke kanan, namun ini terlalu cepat.

hah, ujung pembatas, jangan sampai tersenggol…

Yaa Allah…
Hatiku terus berdzikir mengingat-Nya diiringi dengan kesadaran ‘apakah perjalanan hidupku hanya sampai disini ?’ sementara sisi kanan motor ini terus saja bergesekkan dengan permukaan aspal.

(Motor ini akhirnya berhenti namun berhenti jauh didepanku)
Ibu !
Aku menengok ke belakang dengan hati berdebar, aku ketakutan.
Aku berjalan menuju tempat ibu namun terasa ada yang perih di siku kanan, luka berdarah.
Abaikan itu

“Ibu ga papa?” tanyaku menyesal
“lain kali jangan kaya gini lagi” ucap ibu menahan tumpahnya air mata
“iya” jawabku lirih

Orang-orang yang membantu kami meminta kami untuk diobati dulu namun aku menolak, aku masih bisa mengendarai motor.

Perjalanan dilanjutkan kembali, saat mulai menarik gas, aku merasa tanganku sakit, ternyata pergelangan tanganku terkilir, tidak apa-apa aku bisa tahan, namun ternyata air mataku tidak tahan, aku menangis disisa sepanjang jalan.

Sampai gedung wisuda kami ke kamar mandi, aku minta maaf kepada ibu atas kejadian ini.

Aku menyadari arti dibalik kecelakaan ini.

Kamipun keatas, tempat duduk orang tua dan siswa terpisah.

Aku masih belum bisa menghentikan air mataku, aku diam agar air mata ini tidak menjadi anak sungai lagi pula yang lain sedang bahagia, jangan sampai aku membuat yang lain ikut sedih.

“Dil, ada apa?” Tanya teman baikku
“Ga ada apa-apa?” jawabku
“Jangan bohong”

Aku cerita padanya kejadian hari ini, ia menyemangati dan memutuskan perjanjian sepihak.
“Kalau gitu jangan naik motor lebih dari 40 km/jam lagi ya, Dil”
(Diam)
---
Acara dimulai, para siswa berbaris bersama di luar gedung untuk memasuki gedung.

Aku ingin cepat-cepat duduk
Tunggu, kenapa sendalnya…
Mangap, ah sendalnya mangap
Jangan sampai putus pas lagi jalan diantara orang tua dan guru, malu.
---
Akhirnya duduk juga, bertahan juga sandalnya.
ku pegang sandal ku, ternyata robekannya cukup besar, padahal baru beli.
“Dil, kaki lu lecet gara-gara pakai sandal ya?” Tanya teman di kananku
“hah, iya” jawabku sambil melihat jari kaki
(maaf sudah berbohong)
 ---
Setelah pengalungan mendali, aku duduk dan diam saja, mana mungkin bisa tertawa bersama teman-teman disaat mungkin ibu juga sedang menahan sakit.
---
[Pengumuman siswa terbaik kelas IPA dan IPS]

Dihati, aku berharap, semoga aku termasuk, namun aku merasa dia yang lebih pantas, dia yang selalu mengharumkan nama sekolah, bahkan aku belum pernah.

Aku unggul karena menjadi juara kelas, aku pernah mendapat peringkat kedua namun hanya selisih 0,5 darinya.

Sebenarnya, aku ingin penghargaan itu untuk membuat ibu bahagia.

Wakil kepala sekolah terus membacakan pengumuman disaat hatiku tidak mengetahui warna perasaan yang akan memenuhi hati setelahnya.

“Siswa terbaik kelas IPA atas nama Nur Fadilah putri Bapak Ahmad dari kelas XII IPA 2”

“Aku ya?” tanyaku entah pada siapa

Aku fikir aku benar tidak tahu, namun ini jelas, tidak ada rasanya, rasa bahagia, ia masih terselimuti kesedihan.
---
Teman-teman mengajak foto bersama dan akhirnya aku ikut.
---
Hari ini, mengenang masa lalu.
Aku menyadari bahwa kebersamaan akan membuka banyak warna perasaan.
Namun, aku tetap saja berjalan bersama warna kelabu.
Dan karena itu, ketika ada rasa bahagia, aku dapat mengetahui dengan jelas bagaimana rasanya.
---
Ada banyak hal yang tak bisa terlupakan meski lama tertimbun masa, salah satunya adalah hari itu, tanggal 10 Mei 2012.

Sejak itu aku trauma, namun aku sadar bahwa aku tidak boleh memelihara rasa trauma, aku mencoba memberanikan diri mengendarai motor kembali, hanya saja walau mengendarai sendiri aku tidak berani melebihi 40 km/jam dan untuk memboncengi orang lain sepertinya rasa trauma itu masih ada.

Seiring berjalannya waktu, aku sering pergi jauh untuk menuntut ilmu. Agar tidak boros waktu di jalan, aku terus menambah kecepatan sampai terkadang mendekati 80 km/jam, hhe. Aku sadar, sekali tersenggol mungkin aku akan hilang kendali namun aku yakin bahwa apapun yang terjadi padaku, semua atas kehendak Allah.

Ket : tulisan miring adalah ucapan dalam hati

Depok, Syawal 1436

Tuesday, 21 July 2015

Pandai Memanfaatkan Waktu

"Semakin pandai memanfaatkan waktu, akan semakin banyak hasil yang akan didapatkan"