Diakhir
bulan mei, selepas melalui lampu merah Matraman terdapat dua jalur kendaraan,
aku memilih jalur kanan, jalur terowongan yang sedikit turun lalu menanjak
kembali, karena di jalur kiri terhalang lintasan kereta api, namun hari ini aku
merasa heran, kenapa pengendara motor lebih banyak yang melalui jalur kiri, ku
lihat dari kaca spionku hanya ada dua motor dibelakangku yang memilih jalur
yang sama denganku, ya sudahlah, aku tidak salah kan? biasanya juga banyak yang
lewat sini, begitu fikirku.
Jalur
ini, tidak biasanya sepi seperti ini, dibelakangku hanya ada satu atau dua
mobil dan dua motor. Saat aku dan Miu mulai menanjak, cahaya mulai terlihat,
bersama cahaya itu mataku menangkap banyak warna hijau, Polisi. Ah, aku diminta
berhenti, aku tak merasa bersalah, sehingga aku tidak takut. Setelah
diberitahukan, ternyata motor dilarang melalui jalur ini, eh. Akhirnya aku
mendapat kertas merah sebagai ganti STNK Miu yang dipinjam Pak Polisi.
Bad
mood mode on.
Ditambah,
saat ke datang ke sekolah tidak ada informasi apa-apa yang kami dapat untuk PPL
semester depan, jadi merasa sia-sia, kuliah Kimia Analitik Instrumen pun tidak
jadi, dihari itu aku merasa hanya datang ke Jakarta untuk menyerahkan STNK Miu
untuk menginap di rumah keduanya pak polisi saja.
Bapak,
rasanya aku tidak sanggup menceritakan ini ke bapak, aku ingin menyelesaikan
ini sendiri, aku merasa bersalah sekali sama bapak, namun akhirnya tetap saja aku
merepotkan bapak lagi, merepotkan bapak terus, bersikeras tidak ingin buat SIM,
karena aku ingin dengan tes, akhirnya uang yang bapak keluarkan untuk menebus
STNK dengan pembuatan SIM (nembak) tidak jauh beda, maafin aku pak, aturan
buatan manusia memang menyebalkan dan menjadi sangat menyebalkan karena dipaksa
mematuhinya : (
Pengalaman
ini berharga, semua ini menambah keyakinanku bahwa seharusnya aku melihat
petunjuk jalan, bukan melihat pengendara motor yang lebih dahulu daripada aku,
aku berfikir aku tidak salah, karena sebelumnya tidak masalah melalui jalur
ini, ternyata memang ada petunjuk jalan bahwa jalur ini tidak boleh dilalui
pengendara motor, hanya saja aku tidak memperhatikan.
Aku
senang, ketika dalam perjalananku, aku menemukan hakikat dari kehidupan ini,
apa petunjukku untuk menjalani hari-hariku selama aku didunia ini. Selama ini,
aku hidup dan beribadah mengikuti apa yang dilakukan oleh orang-orang sebelumku
dilingkunganku, aku tidak memperhatikan petunjuk, ku lihat mereka berwudhu dan shalat
seperti itu, merayakan hari ini dan itu, akupun mengikutinya, namun semua
berubah ketika aku mulai memperhatikan petunjuk (Al-Qur’an dan Sunnah) dan
mulai hari itu hidupku tidak lagi mengikuti arus lingkungan, mungkin sebagian
jalan hidupku berseberangan dengan arus lingkungan, aku tidak ingin lagi
dipengaruhi oleh siapapun ketika aku tidak sadar, aku ingin, akulah yang memutuskan
sendiri pilihan jalan hidupku atas petunjuk Allah tabaraka wa ta’ala, aku ingin
selalu berada dibawah naungan Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman shalafus
shaleh.
Ingin
ku katakan, yang selalu membuat indah karena menjadi hamba Allah adalah Allah
Maha Pemaaf, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
13
Juni 2015/ Sya’ban 1436
23.25
Depok,
Indonesia