Bersama Miu (Motor Mio Ungu) menuju
persinggahan (kontrakan-red), Disinilah semua bermula, ketika Miu belok ke
kanan dari arah gerbang kampus Timur UNJ, Indahnya senja sore seakan menyambut
kepulanganku menuju rumah kedua, Bersama miu menemani detik-detik kepergian
cahaya yang indah itu.
Sebagaimana biasanya, saat-saat pulang
bersama miu dari kampus B menuju arah kampus A, ada saja pengalaman yang
membuat jemari tak mampu menolak tuk mengabadikannya.
Berawal dari aku dan miu yang sedang
‘melaju’ menuju arah barat, tiba-tiba terlihat pak polisi sedang berjalan
kearah timur, deg, keep calm and stay cool, maklum aku belum punya SIM : )
Baiklah, niat awalnya adalah balik arah
diperempatan itu, perempatan yang apabila kearah Timur adalah jalan utama
menuju UNJ, Rawamangun Muka. Hati bertanya, ‘biasanya
ada yang muter disini, sebenarnya disini boleh muter ga sih?’. Saat siap
mau muter (miu sudah menghadap barat sedangkan motor-motor lain yang berada
tepat dibelakangku semuanya menghadap selatan), tiba-tiba terlihat dua orang
berbaju hijau, pak polisi lagi, okelah, stop, ikutan motor lain.
Saat lampu sudah hijau kembali,
lahirlah kebingungan, mau kemana, sedang disaat yang bersamaan, klakson saling
bersautan memintaku (yang ada didepan) untuk segera menarik gas, aku menengok
kebelakang, oh iya, sudah lampu hijau, ya sudahlah ikutan arah motor lain.
Maksud hati ingin putar arah, apa daya
diarah puteran ada pak polisi, karena takut kena hukuman (tilang-red) jadinya
ikutan arus saja, sedihnya tidak tahu panduan jalan.
Terus menerus mengalir bersama aliran
motor-motor lain dan ketika sampai pada persimpangan, bingung, mau kemana,
ditengah kebingungan, Allah beri petunjuk, terlihat lingkaran biru dengan tanda
putar arah berwarna putih, Alhamdulillah.
Ketika itu, tersadarlah hati bahwa
(mungkin) seperti inilah rasanya hidup didunia apabila tidak tahu panduan,
hanya mengikuti arus, hanya ikut kemana kebanyakan orang melakukannya.
Rawamangun, 02-03 Maret 2015
19:53
No comments:
Post a Comment