Dari sisi tempat, kalau di Masjid Al-Barkah, menurutku nyaman sekali, akhwat di lantai dua, jadi tidak perlu sitar antara ikhwan dan akhwat, kamar mandi dan tempat wudhu juga berada di lantai dua. Ini mungkin ini berbeda setiap individu, tapi aku lebih suka masjid yang jendelanya terbuka sehingga tanpa AC dan cukup dengan kipas angin. Di Masjid Al Barkah untuk parkir mudah dan murah, insyaallah.
Kalau di Masjid Nurullah, sitarnya pendek, tempat wudhu dan kamar mandi antara ikhwan dan akhwat bersebelahan, full AC, Di Masjid Nurullah parkir penuh dan mahal.
Keduanya adalah tempat yang mudah dijangkau transportasi umum, insyaallah. Aku pribadi walaupun naik motor lebih suka kalau tempat yang dituju itu ke arah Bogor bukan Jakarta, karena mempertimbangkan kemacetan.
Dari sisi waktu, daurah kitab sharaf yang aku ikuti di Masjid Al Barkah alhamdulilah hanya sampai sebelum ashar, sedangkan daurah kitab fadhlul islam yang aku ikuti di Masjid Nurullah sampai jam 21.00, jadi aku tidak ikut sampai akhir.
Dari sisi biaya dan buku, daurah kitab sharaf gratis, tidak ada snack, kitabnya foto kopi sedangkan daurah kitab fadhlul islam biaya daurah 60k, ada snack, nametag, kitab asli (bukan fotokopi). Aku pribadi tidak mempermasalahkan biaya selama itu terjangkau, ada snack atau tidak juga sangat tidak masalah, yang penting kitabnya, kalau kitabnya foto kopi entah kenapa aku merasa kurang nyaman.
Dari sisi media pembelajaran, aku lebih mudah memahami ketika itu dijelaskan dipapan tulis, pada daurah kitab sharaf alhamdulilah ustadz menjelaskan di papan tulis. Kalau daurah kitab fadhlul islam tidak, mungkin karena kurang diperlukan juga.
Dari sisi evaluasi, pada daurah kitab sharaf evaluasi berupa tanya jawab yang langsung diberi hadiah, ustadz yang langsung memberikan pertanyaan dan langsung di jawab, ini menarik karena menguji keberanian untuk bicara, namun aku mundur kalau evaluasinya seperti ini, minusnya, tidak semua peseta menjawab. Kalau daurah kitab fadhlul islam, evaluasi dilakukan di website, hasil ujiannya tidak menunggu lama, semua peserta daurah mengerjakan.
Aku pribadi suka kalau ada evaluasi atau ujian, apalagi ujiannya tulisan, kalau ujiannya lisan, aku punya pertimbangan lain.
Terakhir, sertifikat. Daurah kitab sharaf tidak ada sertifikat sedangkan daurah kitab fadhlul islam ada sertifikat bagi yang mengikuti ujian.
Jazaahumullahu khairan untuk panitia daurah. Entah kenapa rasanya aku juga ingin kapan-kapan menjadi panitia daurah.
No comments:
Post a Comment