Hari-hari yang telah ku lalui, aku sering memikirkannya
kembali, merenungi perjalanan hidupku hingga aku sampai di titik ini. Setelah ku
yakini bahwa setiap kebahagiaan harus ku syukuri dan setiap kesulitan harus ku
jalani dengan tabah, aku jadi bertanya-tanya, hari seperti apakah yang paling
menyakitkan dalam hidupku?
Aku menjalani hidupku bagai roda yang berputar, terkadang
aku di atas dan aku merasa bahagia dan berharga dan terkadang aku berada di
bawah hingga aku merasa sedih dan kecewa, namun ketika aku meyakini dan
merasakan hal yang sama sebagaimana perkataan amirul mu’minin Umar bin Khattab:
“Aku tidak peduli dengan keadaan susah atau senangku,
karena aku tidak tahu manakah diantara keduanya itu yang lebih baik bagiku”
Roda hari yang ku jalani, aku menjalaninya dengan lapang bersama
rasa syukur.
Ketika aku melihat temanku lebih unggul dari diriku
sehingga aku merasa tertinggal, aku merasa itu cukup menyakitkan, namun ketika
aku mengingat bahwa Allah memberikan rezeki kepada siapapun yang Ia kehendaki,
rasa sakit itu jadi tidak meninggalkan bekas.
Ketika aku memperhatikan diriku sendiri, menghisab
diriku, memperhitungkan kemajuan dan peningkatanku dalam beribadah kepada-Nya
dan bermuamalah dengan hamba-hamba-Nya, aku jadi sedih dan merasa sakit, itulah
hari yang paling ku sesali, hari yang paling menyakitkan dalam hidupku, hari
dimana ketika matahari tenggelam, umurku berkurang namun amalku tidak
bertambah.
Aku takut, pada hari ketika aku tidur dan tidak bangun
lagi sementara amalku belum cukup, ibadahku berantakan, dan masih ada orang-orang
yang hatinya tersakiti karena aku.
Aku mohon maaf, atas semua rasa sakit yang pernah ku
hadirkan. Aku berharap, semoga Allah mengisi sisa hidupku dan hidupmu dengan
kebermanfaatan.
No comments:
Post a Comment